PURBALINGGA – Aksi sadar wisata melalui gerakan Sapta Pesona Wisata mampu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke suatu daya tarik wisata. Gerakan Sapta pesona membuat wisatawan merasa nyaman dan memiliki kenangan setelah berkunjung ke tempat tersebut. Selanjutnya wisatawan akan datang kembali untuk menikmati daya tarik wisata.

            “Gerakan sapta pesona sadar wisata tidak hanya dilakukan oleh pengelola sebuah daya tarik wisata, tetapi perlu dukungan semua pihak termasuk pelaku wisata dan masyarakat sekitarnya,” kata Kepala Seksi Pengembangan Wisata Dinas kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Provinsi Jawa Tengah Ir Prambudi Traju Trisno, MM, M.Si.

            Prambudi mengungkapkan hal tersebut pada acara gerakan sadar wisata melalui sapta pesona wisata di Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Purbalingga, Sabtu (14/5). Aksi sapta pesona tersebut melibatkan lebih 300 orang yang terdiri dari pedagang kaki lima, pertugas parkir, karyawan, masyarakat sekitar Owabong, dan pelaku wisata dari desa-desa wisata, kelompok sadar wisata (Pokdarwis), Saka Pariwisata, paguyubang Kakang Mbekayu Purbalingga (Kayulingga), dan kelompok masyarakat lain yang berkiatan dengan pariwisata. Kegiatan aksi itu dilakukan dengan kerja bakti massal di sekitar Owabong dan didalam kawasan Owabong. Acara dimeriahkan dengan orgen tunggal dan thek-thek.

           Disebutkan Prambudi, destinasi wisata di Purbalingga semakin unik dan menarik untuk dikunjungi. Perkembangan pariwisata Purbalingga cukup menonjol di kancah Jateng. Apalagi, Purbalingga semakin membenahi desa-desa wisata sebagai daya tarik wisata baru, selain daya tarik wisata yang sudah ada.

“Kalau mau berwisata ke Purbalingga, semua sarana pendukungnya semakin lengkap. Dari sisi aksesabilitas, jalan menuju obyek wisata mulus, hampir tidak ada yang berlobang. Sebentar lagi ada bandara Wirasaba, jalur kereta api Purwokerto – Wonosobo. Kemudahan akses inilah yang akan mendukung perkembangan wisata di Purbalingga di masa mendatang,” kata Prambudi.

           Sebagai destinasi wisata yang diperhitungkan di Jawa Tengah, lanjut Prambudi, Kabupaten Purbalingga perlu terus membangun mental masyarakat wisata melalui gerakan sadar wisata dengan mewujudkan sapta pesona wisata. “Sapta Pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah. Dengan Sapta Pesona ini, masyarakat diharapkan menciptakan suasana indah mempesona dimana saja dan kapan saja, khususnya ditempat-tempat yang banyak dikunjungi wisatawan dan pada waktu melayani wisatawan. Dengan kondisi dan suasanan yang menarik dan nyaman, wisatawan akan betah tinggal lebih lama, merasa puas atas kunjungannya dan memberikan kenangan yang indah dalam hidupnya,” kata Prambudi.

            Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengatakan, Purbalingga memiliki cita-cita besar untuk menjadi destinawi wisata utama di Jateng.  Purbalingga, ingin menjadi seperti di Bali, semua tempat menjadi tujuan wisata, tidak hanya lokasi daya tarik wisata saja. “Di Pulau Bali, semua suasananya wisata, kami ingin Purbalingga seperti di Bali. Jika datang ke suatu tempat, suasananya wisata, ke desa juga seperti berkunjung ke desa-dea wisata. Apalagi jika berkunjung ke salah satu daya tarik wisata. Suasana itu perlu didukung dengan gerakan sapta pesona sadar wisata,” kata Subeno.

            Subeno meminta, untuk menjadikan Purbalingga sebagai destinasi wisata utama, semua pihak  yang terlibat di lokasi daya tarik wisata, baik pedagang, tukang parkir, petugas tiket, petugas kebersihan, penjual souvenir, masyarakat pelaku wisata harus tetap menyadari akan pentingnya sapta pesona wisata. “Seluruhnya harus mampu mewujudkan suasana tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, dan menciptakan kenangan di suatu daya tarik wisata,” pinta Subeno.

            Sementara itu juru kampanye aksi sapta pesona wisata, Supomo, S.Sos, M.Par terus meyakinkan pedagang, tukang parkir dan semua pihak agar sadar akan sapta pesona wisata. “Pedagang kaki lima di Owabong, kan tidak ikut membangun Owabong. Tukang parkir juga tidak ikut membangun areal parkir di Owabong. Ibaratnya, tukang parkir hanya bermodal sempritan, dan sekali parkir, sudah balik modal untuk membeli sempritan. Kalau hanya sekedar ikut mewujudkan sapta pesona wisata, apa susahnya. Ayo makanya, jaga kebersihan, dan berikan rasa aman, nyaman serta kenangan kepada pengunjung,” ajak Supomo. (y)