PURBALINGGA, INFO – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD Kabupaten Purbalingga memberikan sosialisasi dan pelatihan Budaya Sadar Bencana (Budarna) di Desa Rajawana. Sosialisasi ini ditujukan bagi dua kecamatan yakni Kecamatan Rembang dan Kecamatan Karangmoncol.

“Kegiatan ini melibatkan unsur masyarakat, perangkat desa kemudian organisasi kemasyarakatan seperti ORARI, RAPI, Purbalingga Reaksi Cepat, PSC 119 dan juga MDMC,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Purbalingga, Umar Fauzi saat Sosialisasi dan Pelatihan Budarna Tahun 2019 di Balai Desa Rajawana, Kamis (26/9).

Ia menjelaskan kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka untuk bisa memberikan ruang kepada masyarakat di dalam hal peningkatan kapasitas, pengetahuan dan keterampilan. Agar para peserta dapat membaca alam terutama untuk mengantisipasi terjadinya bencana.

“Salah satunya adalah bagaimana agar masyarakat siap dalam menghadapi, mengenali dan mempersiapkan manakala ada bencana baik itu bencana tanah longsor atau bencana yang lain,” ujar Umar.

Menurutnya dengan kegiatan Budarna ini, ia berharap agar masyarakat itu memiliki sebuah kebiasaan yang sudah terinternalisasi di setiap masyarakat terutama daerah terdampak atau yang berpotensi terjadinya bencana. Ia menerangkan saat musim kemarau seperti ini, warga seharusnya sadar agar tidak melakukan hal-hal yang membahayakan terjadinya kebakaran.

“Seperti halnya membakar sampah namun ditinggal begitu saja tanpa ditunggu sampai mati, membuang puntung rokok harus dalam keadaan sudah mati agar tidak menimbulkan kebakaran di lingkungan,” terangnya.

Ia menuturkan kegaitan seperti ini akan terus berkelanjutan agar masyarakat selalu ingat dan sadar terutama di daerah-daerah yang berpotensi terjadinya bencana. Dengan adanya kegiatan pelatihan dan sosialisasi Budarna ini diharapkan pula semua unsur terkait dan masyarakat dapat memahami dan mengaplikasikan apa yang disampaikan ketika terjadi bencana.

“Kegiatan ini bagian dari upaya meningkatkan sumber daya manusia dan dapat menjadi fasilitator terhadap pengurangan resiko bencana bagi masyarakat di lingkungan desanya,” kata Umar.

Kasi Pelayanan pada Desa Rajawana, Toni Dwihatmono mengatakan di Desa Rajawana sering terjadi kebakaran yang disebabkan karena kelalaian warga dan konsleting listrik. Selain kebakaran, Desa Rajawana juga pernah  terjadi tanah longsor yang insitasnya kecil.

“Di sini longsor-longsor kecil belum sampai parah hanya diatasi warga sekitar sudah selesai, itu pernah terjadi di kadus II Dukuh Karangbalong namun sudah diantisipasi oleh warga masyarakat sekitar,” kata Toni.

Ia menuturkan budaya sadar bencana warga Desa Rajawana sudah terlihat dari kekompakan warga saat menangani suatu bencana. Seperti halnya ketika ada banjir, perangkat desa dan warga bekerja sama untuk menuju lokasi terdampak membersihkan lumpur.

“Terus misalnya kalau itu terjadi kebakaran, walaupun jam berapapun perangkat selalu siaga dan siap untuk menangani wilayah terdampak,” ujarnya.

Ia berharap kegiatan sosialisasi dan pelatihan Budarna bisa menjadi kegiatan yang berkelanjutan agar masyarakatnya paham, sadar dan waspada ketika terjadi bencana. Ia pun berpesan agar warga yang mengikuti kegiatan tersebut dapat mengaplikasikan dan menularkan ilmu yang didapatkan kepada keluarga dan sanak saudaranya.

“Intinya kita harus bersiap dan waspada apalagi ketika bencana datang, karena dengan demikian kita bisa mengantisipasi dan mengurangi dampak dari bencana yang terjadi,” pungkas Toni. (PI-7)