PURBALINGGA – Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah raga (Dinbudparpora) mendorong para pelaku desa wisata untuk melakukan promosi melalui jaringan internet. Tidak saja melalui website yang dikelola oleh Dinbudparpora (purbalinggatourism.com), tetapi semua desa wisata diwajibkan memiliki media sosial untuk promosi wisata.

            “Bagi para pelaku desa wisata yang belum paham internet dan belum memiliki media sosial, kami terus melakukan pelatihan. Untuk hari Rabu (27/4) ini, kami melatih 60 orang pengelola desa wisata tentang pemanfaatan internet sebagai media promosi wisata,” kata Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora, Ir Prayitno, M.Si, disela-sela persiapan pelatihan, Selasa (26/4). Pelatihan bekerjasama dengan SMK Negeri 1 Bojongsari, dengan memanfaatkan laboratorium komputer di sekolah itu dan sekaligus tenaga pelatihnya.

            Dikatakan Prayitno, materi pelatihan tentang pembuatan website dan blog untuk promosi wisata, dan penggunaan media sosial berupa twitter, instagram, facebook dan line untuk promosi desa wisata. “Para pelaku desa wisata tidak saja hanya dituntut kreatif dalam menyuguhkan daya tarik wisata, tetapi juga harus pintar melakukan promosi lewat internet,” kata Prayitno.

            Diakui Prayitno, perkembangan IT (Informasi dan Teknologi) komunikasi sudah tak terbendung. Berdasar riset, hampir 91 persen wisatawan menggunakan alat komunikasi handphone untuk mengetahui suatu daya tarik wisata.  Oleh karenanya, pengelola desa wisata harus terkonek dengan internet. “Ibaratnya, jika dahulu orang mengatakan, ‘Aku berpikir maka aku ada’, sekarang sudah menjadi ‘aku terkonek, maka aku ada’. Jadi jika ingin eksis, pelaku wisata mau tidak mau harus paham dan terkonek dengan internet,” kata Prayitno.

            Dalam pelatihan pemanfaatan internet untuk promosi, lanjut Prayitno, pelaku desa wisata diwajibkan memiliki media sosial. Kenapa harus memiliki media sosial?, karena media tersebut merupakan panggung dan arena untuk memperkenalkan ide dan terobosan yang akan dilakukan, serta promosi destinasi wisata.

            “Meski menjadi panggung untuk promosi, namun kami juga menekankan kebebasan berbicara dan berekspresi di media sosial akan terkesan berkualitas jika tidak hanya diisi dengan kalimat yang indah dan retorika bagus. Pengguna media sosial juga harus menciptakan ide yang cemerlang untuk mendukung terobosan pengembangan desa wisata,” katanya.

            Dikatakan Prayitno, fokus promosi melalui media sosial yang dilakukan adalah melalui facebook, twitter dan instagram. Facebook wajib digunakan karena merupakan market yang besar. Indonesia merupakan negara ketiga terbesar dalam menggunakan facebook. Keunggulan dari facebook memiliki sifat viral atau faktor melipatgandakan informasi yang luar biasa banyak. “Berdasar hasil riset Alexa, media sosial yang paling populer dan paling besar penggunanya adalah faceook. Media sosial ini juga merupakan tempat paling ramai dikunjungi serta merupakan salah satu sumber trafik besar bagi web,” kata Prayitno.

            Ditambahkan Prayitno, media sosial facebook yang digunakan diarahkan ke facebook pages. Media sosial ini dapat menjangkau banyak audiens, memiliki fans unlimited, disukai search engine, disediakan khusus facebook untuk bisnis dan promosi, menjadi tempat promosi  tertarget (menarget audiens yang tepat) dan menarget like tertarget serta mempunyai daya beli.

            “Agar facebook pages lebih menarik, tentu kami arahkan agar membuat konten status yang menarik, berkualitas dan bermanfaat. Berdasar hasil survei, konten facebook pages yang paling disukai berupa konten visual (video), gambar atau foto, serta konten status cerita unik, inspirasi, kisah nyata dan informasi,” tambah Prayitno. (y)