PURBALINGGA – Empat desa di wilayah Kecamatan Rembang, mempersiapkan pengembangan pariwisata bersama yang dikonsep dalam ‘Mampirtapa’. KOnsep pengembangan pariwisata berbasis masyarakat ini mengedepankan daya tarik alam, potensi budaya dan seni serta kearifan local masyarakat setempat. Mampirtapa merupakan singkatan dari nama keempat desa tersebut yakni, Desa Makam, Sumampir, Tanalum, dan Panusupan.

            “Ide pengembangan pariwisata bersama ini setelah ada kesepaham bersama antar keempat kepala desa. Selain itu, didukung juga oleh dibukanya jembatan baru berupa jembatan lengkung yang menghubungkan Desa Panusupan dengan Desa Makam,” kata Kepala Desa Panusupan, Imam Yulianto, disela-sela kegiatan pengambilan gambar acara ‘Salam Dari Desa’ TVRI Jakarta, di Panusupan, Jum’at (3/4).

            Dikatakan Imam Yulianto, pengembangan desa wisata Panusupan dan Desa Tanalum, ternyata menggugah desa-desa tetangganya untuk mengoptimalkan potensi yang ada untuk pariwisata. Desa Panusupan sudah lebih dulu dikenal dengan wisata religi makam Syech Jambu Karang di bukit Ardi Lawet, kemudian didukung dengan wisata seni budaya Dayakan, kothekan Lesung, wisata curug Wana Tirta, dan sejumlah keindahan alam lainnya. Kemudian Desa Tanalum dikenal dengan desa seribu curug dan menyuguhkan wisata canyoning. Sementara Desa Sumampir, meski belum begitu menonjol, tetapi potensial dengan semangat warga masyarakatnya membangun kolam ciblon. Pengunjung kola mini tidak membayar dengan uang, tetapi menggunakan limbah sampah. Sedang Desa Makam, yang dikenal dengan perajin batu akiknya, semakin mendukung kunjungan wisatawan yang ingin membeli souvenit akik.

            “Jika keempat desa itu bersatu dan tidak ada yang saling bersaing dalam paket wisata yang dijual, maka kami yakin wisata berbasis masyarakat di wilayah Kecamatan Rembang akan bangkit,” kata Imam Yulianto.

            Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Drs Subeno, SE, M.Si  menyatakan mendukung rencana pengembangan pariwisata bersama Mampirtapa. Pengembangan pariwisata ini yang muncul dari masyarakat justru menjadi kekuatan tersendiri dari desa-desa yang akan menonjolkan potensinya. “Nantinya, bisa di suatu tempat, areal lahan yang disiapkan oleh pihak Desa Panusupan di sekitar jembatan lengkung, dijadikan seperti taman mini di Jakarta. Potensi keempat desa tersebut dengan keunggulannya masing-masing disuguhkan kepada wisatawan,” kata Subeno.

Paket Wisata

            Secara terpisah, Fasilitator Desa Wisata Panusupan, Aris Widianto mengatakan, kelompok sadar wisata (Pokdarwis) ‘Ardi Mandala Giri’ yang mengelola desa wisata Panusupan, saat ini telah menyiapkan sejumlah paket wisata. Paket wisata tersebut yakni berupa paket wisata adventur Busur Lawet (Buru Sunrise Lawet), dan Buset Lawet (Buru Sunset Lawet). Paket wisata ini berupa menikmati matahari terbit atau matahari terbenam di bukit Ardi Lawet. Kemudian paket trekking Ardi Lawet, dan Explore curug di Panusupan.

            “Ada juga paket wisata edukasi industri yang mengunjungi pembuatan gula merah, pembuatan batu akik, mengenal peninggalan batu purbakala, dan pembuatan souvenir khas Panusupan. Kemudian paket camping ground dan outbon di Wanatirta camp area, curug pesantren dan trekking Ardi Lawet, serta paket wisata edukasi seni dan budaya. Paketini meliputi belajar karawitam, khotekan lesung, melihat tari Dayakan, dan tarian Lengger unil (Lengger Lanang,” kata Aris.

            Aris menambahkan, selain paket diatas, juga ada paket wisata edukasi pertanian, peternakan dan perikanan. Wisatawan diajak untuk menanam atau memanen padi tergantung musim dan juga mencangkul, panen buah salak, beternak ayam dan tangkap ikan di kolam. Paket wisata Susuka (Susur Kali) berupa menyusuri Kali Deng, mandi di Kedung Pingit yang jernih, menikmati areal persawahan, menikmati gula semut dan melihat proses pembuatannya. “Paket mandi di Kedung Pingit ini yang sensasinya luar biasa, selain airnya jernih langsung turun pertama dari pegunungan, juga konon mampu menjadikan awet muda,” tambah Aris. (y)