PURBALINGGA – Rumah bocah penderita Hydrocephalus warga RT 1 RW 3 Desa pagerandong Kecamatan Mrebet direhab oleh Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE, BEcon, MM (Tiwi) melalui kegiatan Gebyar Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat). Kegiatan rehab RTLH itu diprakarsai oleh jajaran Puskesmas Serayu Larangan dengan memberikan bantuan senilai Rp 10 juta.

“Kami berterimakasih kepada karyawan karyawati Puskesmas Serayu Larangan yang telah berinisiatif membantu rehab rumah milik pasangan keluarga Bapak Gianto dan Ibu Suparti. Dimana kebetulan salah satu putranya (Khoirul Mukmin-red) menderita sakit Hydrocephalus,” ujar Plt Bupati Tiwi usai menyerahkan bantuan rehab dan pemasangan bata ringan Hebel bersama Sekretaris Daerah Wahyu Kontardi, para Asisten Sekda, Pimpinan OPD dan Kepala Puskesmas setempat, Rabu (20/2).

Plt Bupati mengingatkan kepada jajarannya yang masih diberikan kesehatan dan rezeki yang berkecukupan, agar senantiasa bersyukur dan berkemampuan untuk bisa berderma sehingga memberikan manfaat bagi masyarakat yang membutuhkan. “Kita harus bersyukur, karena kalau kita melihat kebawah masih banyak saudara-saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita,” katanya.

Usai melakukan rehab rumah sacara simbolis, Plt Bupati Tiwi berkesempatan menjenguk dan bercengkerama dengan Khoirul Mukmin (10) yang kesehariannya hanya mampu berbaring karena penyakit Hydrocephalus yang dideritanya sejak umur 4 bulan. Khoirul begitu ia dipanggil, bahkan sempat dipangku oleh Plt Bupati Tiwi.

“Khoirul, ini ibu Plt Bupati. Katanya Khoirul suka jajan ya, nanti ibu belikan jajan ya,” katanya.

Plt Bupati juga menyampaikan prihatin atas sakit yang diderita Khoirul dan berharap keluarga Gianto dan Suparti senantiasa sabar dan semangat dalam merawat sakitnya Khoirul. “Bu Gianto harus selalu sehat, insyaa Alloh Khoirul juga sehat,” tambahnya.

Kepada Kepala Puskesmas Serayu Larangan, Plt Bupati Tiwi meminta pihak Puskesmas senantiasa memantau perkembangan kesehatan Khoirul secara rutin, sehingga asupan gizinya senantiasa terjaga.

Diceritakan oleh ibunya, Suparti (30), penyakit yang diderita buah hatinya baru ketahuan pada usia empat bulan. “Saat hamil saya tidak mengalami keanehan apa-apa. Saat lahir juga normal. Tapi setelah empat bulan baru ketahuan. Saat itu anak saya harus dioperasi, tapi karena biaya belum ada akhirnya ditunda,” jelasnya.

Dia menambahkan, pada usia setahun, anak kesayangannya akhirnya dioperasi. Namun sudah terlambat, karena tulang kepalanya terlanjur keras. Sehingga kepalanya tetap besar. “Dengan kondisi itu, dari kepala Khoirul harus dipasang selang agar cairan di kepala bisa dialirkan ke tubuhnya,” ujarnya.

Tak hanya itu, menurutnya Khoirul juga susah untuk makan sehingga asupan gizi yang masuk ke tubuhnya juga minim. Akibatnya tubuhnya tidak bisa berkembang normal seperti anak seumurannya. Karena itu, sampai saat ini ia tidak bisa duduk, apalagi berdiri atau jalan. Ke mana-mana harus digendong,” jelasnya. (Hr/humpropbg)