PURBALINGGA INFO – Mie ayam merupakan salah satu kuliner yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya di Kabupaten Purbalingga. Diantara warung mie ayam di Purbalingga, mie ayam ceker “Pak Sikin” yang beralamat di Desa Babakan RT 15 RW 4 menyajikan porsi yang jumbo dengan harga mulai dari 12 ribu rupiah.

Sikin Lukfianto (48), pria asal Desa Karangcegak Kecamatan Kutasari menceritakan awalnya pada tahun 1988 dia belajar membuat mie ayam di Jakarta akan tetapi tiga tahun kemudian barulah merintis usaha mie ayam di Purbalingga. Sikin mengawali usaha mie ayamnya menggunakan gerobak keliling kota Purbalingga hingga daerah Pepedan Kecamatan Pengadegan.

“Tahun 1991 saya ke Purbalingga lalu survei pasaran, saya coba dagang mie ayam di sini waktu itu harga masih 300 perak per porsi,” ujarnya saat ditemui di warung.

Sikin melanjutkan, pada tahun 1992 mulai berjualan di Babakan Kalimanah masih menggunakan gerobak dorong. Selama berjualan di Babakan dia menempati rumah kontrakan di depan Masjid Al Ikhlas Babakan hingga akhirnya menikahi pujaan hatinya yang asli Babakan pada tahun 1996. Berjualan menggunakan gerobak dorong ini dia lakukan selama 10 tahun di Babakan atau tepatnya hingga tahun 2002.

“Tahun 2002 saya mulai merintis mangkal di sini (sebelah Barat Masjid Al Ikhlas-red), nggak nyangka. Sebenarnya saya mau ider (keliling-Jawa) tapi sudah habis di sini,” ungkap bapak 3 anak ini.

Pada tahun 2004 dia mulai mencoba variasi toping untuk usaha mie ayamnya. Ide ini bermula dari pelanggan yang minta toping ceker (kaki ayam-red) hingga berkembang sampai saat ini mie ayam “Pak Sikin” menyediakan toping bawang goreng, kriuk, ceker, kepala, dan bakso. Seiring berkembangan teknologi mie ayam “Pak Sikin” juga menerima Delivery Order melalui platform online.

“Kita buka mulai jam 10 pagi sampai jam 7 malam, liburnya seminggu sekali tapi nggak pasti harinya, kalau butuh istirahat ya libur. Sehari rata-rata 10 sampai 11 kilo tepung, 1 kilonya bisa buat 15 porsi,” kata Sikin.

Nurul, pelanggan mie ayam “Pak Sikin” dari Kutasari mengatakan bahwa bumbu rempahnya sangat terasa, mienya lembut, dan saat jam makan siang harus sabar mengantri karena banyaknya peminat dari berbagai wilayah di Purbalingga. “Selain bumbu rempahnya yang sangat meresap dan nylekamin (lezat sekali-jawa), porsinya munjung (menggunung-jawa) pasti kenyang harganya sangat terjangkau,” pungkasnya. (fph/kominfo)