PURBALINGGA – Sektor Pariwisata dinilai sebagai prime mover atau pemicu utama perkembangan sektor-sektor ekonomi yang lain. Meski demikian, hal itu membutuhkan ide-ide dan upaya-upaya ekonomi kreatif untuk mewujudkannya.

Oleh karena itu, Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Kabupaten Purbalingga menyelenggarakan Focus Group Disscusion (FGD) Tematik Pengembangan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Andrawina Hall Kompleks Owabong Cottage, Bojongsari, Jumat (2/11).

FGD ini mengudang beberapa narasumber diantaranya, dari Kasubdit Pengembangan Kota Kreatif dari Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf)Drs Slamet Aji Pamungkas, Ketua Forum Klaster Pariwisata DPP2 Jawa Tengah Setyo Teguh, dan H Erry Farid SSos MSi dari Akademisi Komunikasi.

Sekretaris Bappelitbangda Purbalingga, Siswanto SPt MSi menyampaikan FGD ini mengambil tema Strategi Pembangunan Ekonomi Kreatif dan Pariwisata di Kabupaten Purbalingga, Melalui Sinergi Pemerintah, Swasta, Intelektual dan Komunitas Kreatif. “FGD ini untuk untuk mengarahkan kita bagaimana  memajukan pariwisata. Harapannya dengan FGD ini terjalin sinergi yang lebih baik antara pelaku wisata dan ekonomi kreatif atau yang sering kita kenal sebagai pentahelix,” katanya.

FGD ini juga akan merumuskan bagaimana Pemerintah Daerah merumuskan langkah langkah dan strategi apa dalam mempercepat pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai  prime mover, perekonomian di purbalingga. FGD ini dihadiri juga beberapa elemen dari  pelaku wisata, komunitas fotografi, fashion, pembangunan dan sebagainya.

Sementara itu Plt BUpati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM dalam arahannya menyampaikan terkait ekonomi kreatif dan pariwisata, pemerintah sangat meyakini memiliki potensi yang luarbiasa, karena kontribusinya terhadap Gross Domestic Product (GDP) Purbalingga terus meningkat.

“Kita punya berbagai objek wisata, belum lagi desa wisata yang dikembangkan. Ekonomi kreatif kita sudah mulai tumbuh, demikian pula dengan komunitas kreatif bermunculan termasuk UMKM, batik dan sebagainya, oleh karena itu kami meyakini bahwa sektor ini bisa jadi prime mover perekonomian,” katanya.

Ia menyebutkan bahwa tahu 2019 kita akan memiliki bandara, oleh karena itu segala elemen harus bersiap memanfaatkan peluang yang ada sebaik-baiknya. Jangan sampai bandara jadi tapi masyarakat hanya menjadi penonton, bahkan peluang ekonomi hanya kabupaten lain yang memanfaatkan.

“Hasil pertemuan dengan Angkasa Pura II, mereka menitipkan 3 hal kepada Purbalingga. Yaitu ketersediaan Accessibility, Attraction dan Amenity,” katanya.

Ia menyarankan agar Purbalingga juga bisa menguasai rumus 3A tersebut. Accessibility diartikan sebagai kemudahan akses. Attraction diartikan sebagai tontonan apa saja untuk mengundang orang, juga Amenity yakni  fasilitas pendukung yang bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan selama berada di destinasi.

Ia berharap FGD bersama para pelaku di lapangan ini, bisa memberi banyak masukan, brainstorming, gagasan, dan ide kepada Pemkab Purbalingga, agar hasilnya nanti menjadi rumusan kebijakan pemerintah. Terlebih lagi Pemkab Purbalingga saat ini juga tengah dalam penyusunan APBD 2019.

“Nantinya jika kita tuangkan sehiingga akan ada efektifitas dalam pengembanga pariwiaata dan pengembangan ekonomi kreatif, hingga berdampak pada kesejahteraan masyarakat, menyediakan lapangan pekerjaan maupun penurunan pengangguran,” katanya.(Gn/Humas)