PURBALINGGA- Program inovasi wisata pendidikan adiwiyata Purbalingga (Wispalingga) di SMP Negeri 2 Karangreja (Spendak) Kab. Purbalingga diharapkan menjadi rujukan bagi sekolah-sekolah lain khususnya di Kabupaten Purbalingga maupun di luar Purbalingga untuk menciptakan gagasan inovatif menjadikan sekolah sebagai destinasi wisata pendidikan.

Harapan tersebut diungkapkan Plt. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, SE. B.Econ. MM. saat melaunching program inovasi Spendak Wispalingga di halaman SMP Negeri 2 Karangreja dengan didampingi Plt. Kepala Dinas Pendidikan Drs. Subeno, SE. M.Si., Kepala Dinas Lingkungan Hidup Priyo Satmoko, SH. MH. dan Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Yanuar Abidin, SH. beserta sejumlah pejabat Pemkab Purbalingga. “Mudah-mudahan program inovasi ini bisa terimplementasi dengan baik,” katanya, Kamis (14/02)

Plt. Bupati Dyah H. Pratiwi juga menyampaikan harapannya dengan adanya inovasi wispalingga akan melahirkan peserta didik yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan sekitarnya. Program ini juga diharapkan juga akan memunculkan wispalingga-wispalingga di sekolah lainnya sehingga wisata edukasi semacam ini akan menjadi sebuah daya tarik wisata.

“Selamat atas launching program inovasi wispalingga, semoga hal ini menjadi akan membawa prestasi bagi SMPN 2 Karangreja sampai tingkat Nasional,” kata Plt. Bupati Dyah H. Pratiwi.

Menurut Kepala SMPN 2 Karangreja Riswanto, S.Pd., program inovasi wispalingga telah berjalan selama 18 bulan dan saat ini tengah menuai berbagai prestasi diantaranya tahun 2017 mendapatkan juara 3 sekolah adiwiyata tingkat Kabupaten, tahun 2018 masuk menjadi salah satu nominasi sekolah adiwiyata tingkat Provinsi Jawa Tengah dan di tahun 2019 akan bersiap mengikuti penilaian di tingkat Nasional.

“Selain mencapai berbagai prestasi pada penilaian sekolah adiwiyata, tujuan kami ingin menyampaikan kepada sekolah lain bahwa sekolah adiwiyata memberdayakan ramah lingkungan, tidak membutuhkan biaya yang mahal karena dapat memanfaatkan sampah atau barang-barang yang tidak berguna menjadi pendukung pembelajaran,” kata Riswanto. (t/ humpro2019)