Menyebut kenthongan, pikiran kita langsung tertuju pada alat komunikasi tradisional tempo dulu. Alat itu juga tak bisa dipisahkan dari kesan suasana kampung yang gelap. Tapi siapa sangka, kenthongan saat ini mulai mengalami perkembangan dengan sentuhan cipta, rasa dan karsa para seniman, sehingga menjadi seni musik dengan ritme yang indah dan dapat dinikmati oleh semua kalangan. Singkatnya, kenthongan tidak hanya menjadi sarana komunikasi atau penggugah tidur di saat ronda.

Bunyi-bunyian kenthongan yang semula hanya monoton dan tak memiliki nada dasar, kini menjadi suara yang enak untuk didengar dan dirasakan. Untuk menghasilkan nada yang merdu, kenthongan bambu ini ditingkahi dengan alat musik perkusi lain, bahkan dipadukan dengan tarian tradisional dan modern. Seniman kenthongan mulai bermunculan sehinga menambah nuansa baru dalam perkembangan musik ini.

Fenomena era kenthongan yang bergeser sebutan menjadi “musik kentong” atau “tek-tek” setidaknya menjadi alternatif musik tersendiri di tengah berkembangnya alat musik elektrikal yang semakin pesat. Berbagai event juga diselenggarakan, baik oleh pemerintah daerah maupun organisasi kemasyarakatan yang secara langsung maupun tidak langsung semakin merekatkan di hati masyarakat. Bahkan musik kentong telah menjadi “tanggapan” dalam acara hajatan seperti pesta pernikahan dan khitanan, juga sering digunakan sebagai pembuka acara seremonial.

ASAL-USUL

Dari daerah mana pastinya asal-usul musik kenthong?
Tidak ada yang tahu persis. Semua orang hanya menyimpulkan bahwa musik kenthong berasal dari kampung. Karena kenthongan itu dipakai pada kegiatan ronda/ siskamling di kampung.
Tidak hanya di Purbalingga saja musik kenthong bisa ditemukan. Sejumlah referensi menyebut, musik kenthong juga ditemukan di hampir seluruh wilayah Jawa Tengah.
Lalu bagaimana dengan musik kenthong yang ada di Purbalingga ?
Musik kentong di Purbalingga telah berkembang mencapai kurang lebh 134 Grup, dimana setiap grup biasanya beranggotakan kurang lebih 40 s/d 50 personil. Adapun alat musik kentong yang dipergunakan hampir sama dengan yang lazimnya digunakan oleh grup-grup yang ada di wilayah eks Karesidenan Banyumas ( Kabupaten Banyumas, Banjarnegara dan Cilacap). Jenis peralatan tersebut antara lain kenthong, gambang, tepak, bedug, kendang, icik-icik, simbal, dan terkadang menggunakan angklung sebagai pelengkap.