Petilasan Ardilawet

Objek wisata ziarah ini terletak di Desa Penusupan Kecamatan Rembang atau sekitar 30 kilometer sebelah timur laut Kota Purbalingga. Untuk mencapai lokasi petilasan Ardi Lawet tidaklah sulit. Meski lokasinya jauh di pelosok desa, namun prasarana jalan menuju tempat itu sudah lumayan halus. Jika harus menggunakan kendaraan umum, lokasi ini berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Purbalingga. Jika menumpang mikrobus jurusan Bobotsari-Rembang, hanya membutuhkan waktu ekitar 30-45 menit. Sesampai di Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman, turun dan naiklah pick up ke Desa Penusupan dengan jarak tempuh sekitar 4 kilometer. Sesampai di Desa Penusupan pengunjung harus berjalan kaki menempuh jalan setapak kurang lebih 3 kilometer untuk sampai di Gerbang Petilasan Ardilawet.

Ardilawet merupakan tempat berkhalwat fadabbur untuk mendekatkan diri kepada Allah seperti Nabi Muhammad yang berkhalwat di Gua Hira. Nama Gunung Lawet berasal dari kata Khalwat yang berarti gunung untuk bersemedi mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ardi Lawet menurut riwayat adalah tempat dimana Syekh Jambu karang belum masuk Islam diwedang atau diberi pengetahuan ke Islaman oleh seorang ulama dari Arab. ditempat inilah sampai sekarang Kuku dan Rambut beliau masih ada sampai sekarang sebagai bukti.

Masjid Agung Darussalam

Masjid Agung Darussalam adalah masjid terbesar dan termegah di Purbalingga. Bangunan tempat ibadah umat muslim itu memiliki ciri khas yang menonjol dan tak dimiliki oleh masjid yang ada di daerah lain.
Masjid Agung Darussalam dibangun pada 1853 M/1269 H oleh KH Abdullah Ibrahim. Pembangunan dilakukan di atas tanah seluas 5.500 meter persegi. Sampai dengan saat ini masjid tersebut telah mengalami renovasi lima kali. Masing-masing pada tahun 1918, 1960, 1970, 1980-1985 dan terakhir pada tahun 2002-2004. Dana yang dialokasikan pada rehab terakhir mencapai Rp 2 miliar.

Masjid Agung Darussalam sendiri mendapat julukan “ Masjid Nabawi “ karena gaya arsitekturnya yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai masjid Nabawi di Madinah. Ide untuk mengadopsi gaya arsitektur masjid Nabawi sendiri digagas oleh mantan Bupati Purbalingga,Bapak Triyono Budi Sasongko, seusai menjalankan ibadah haji di Tanah Suci Mekah.

Masjid Agung Darussalam juga menjadi lokasi wisata religi di Purbalingga. Banyak wisatawan dari luar yang sengaja datang ke Purbalingga untuk melaksanakan ibadah shalat di masjid yang berada di depan Alun Alun Purbalingga itu. Ketika masuk ke masjid ini banyak yang merasakan berada di masjid yang ada di Madinah.

 

Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo

Satu lagi wisata Religi yang patut anda kunjungi saat di Purbalingga adalah Masjid Muhammad Cheng Hoo. Masjid yang terletak di Desa Selaganggeng Kec. Mrebet ini menjadi suatu bukti terdapatnya keberagaman agama, suku maupun ras dalam kehidupan bermasyarakat di Purbalingga. Hal ini menjadi suatu kekuatan yang luar biasa. Para muslim Tionghoa memanfaatkan Masjid Jami ini sebagai sarana tempat berkumpul mereka untuk menyiarkan dakwah dan pendidikan Islam.

Berdirinya Masjid Jami Cheng Hoo ini merupakan prakarsa dari PITI (Persatauan Islam Tionghoa Indonesia). Masjid ini merupakan akulturasi arsitektur bergaya China/Tiongkok dan Jawa. Bentuknya mirip kelenteng dan tidak ada kubah bulat di bagian atapnya seperti masjid kebanyakan. Masjid Jami Muhammad Cheng Hoo ini mulai dibangun pada tahun 2005. Setelah terhenti pada tahun 2006, pembangunan dilanjutkan pada tahun 2010, dan diresmikan tanggal 5 Juli 2011.

Masjid Cheng Hoo terlihat sangat indah dan cantik saat malam hari. Saat semua lampu masjid dinyalakan, masjid akan terlihat lebih mewah dan mengesankan. Meskipun ukuran Masjid Jami PITI Cheng Hoo tidak terlalu luas, namun keunikan bangunannya membuatnya menjadi sebuah masjid yang menarik untuk dikunjungi.

 

Makam Wali Perkasa

Makam Wali Perkasa terletak di Desa Pekiringan, Karangmoncol. Konon Makam Wali Perkasa merupakan makam peninggalan wali yang merupakan tempat peristirahatan terakhir seorang penyebar agama islam yang berada di Desa Pekiringan.Wali Perkasa mempunyai nama lain yaitu Makdum Perkasa,yang merupakan nama pemberian dari Sunan Kali jaga, karena beliau yang mampu merubah arah kiblat masjid Demak yang konon dalam pembangunan masjid tersebut kurang sempurna arah kiblatnya. Tentunya proses perubahan arah kiblat tersebut dengan cara meminta kepada Allah SWT agar diberi kekuatan yang bisa merubah arah kiblat tersebut. Awalnya yang berdoa adalah Sunan Kali Jaga dan murid-muridnya yang mengamini,tetapi tetap saja tidak mampu merubah arah kiblat. Selanjutnya seorang murid minta diberi kesempatan memimpin doa,dan Sunan Kali Jaga yang mengamini bersama murid murid lainnya. Atas izin Allah arah Kiblat masjid Demak bergeser pada posisi yang sempurna.Sejak saat itulah beliau mendapat julukan nama PERKASA. Di Makam Wali Perkasa juga telah di sediakan pemandu demi kelancaran para peziarah.