PURBALINGGA_Bupati Purbalingga memberikan apreasiasi yang tinggi pada alat perangkap tikus Trap Barrier System (TBS). Bupati Dyah Hayuning Pratiwi melihat dan mendapat penjelasan langsung cara kerja TBS dari penyuluh senior Munasir di area persawahan milik kelompok tani Makmur 2 desa Sokawera Kecamatan Padamara Senin pagi (21/10).

Dijelaskan Munasir, TBS merupakan sejenis alat perangkap tikus dengan cara menanam terlebih dahulu sepetak tanaman padi sebagai umpan sekaligus perangkap. Satu petak sawah sebagai umpan dan perangkap ini mampu menyelamatkan 10 hektar sawah disekitarnya.

Keunggulan ini adalah tidak menggunakan bahan kimia sebagai umpan sehingga ramah lingkungan, sekaligus melestarikan musuh alami. Dalam waktu 81 hari sudah tertangkap 293 tikus.

Bupati Tiwi mengatakan, Kabupaten Purbalingga memiliki sektor pertanian yang luar biasa dan dari sektor ini ketersediaan pangan masih tetap terjaga. Meski demikian masih ada beberapa permasalahan terutama terkait masalah hama. Hama tikus merupakan salah satu ancaman bagi petani, terutama di wilayah desa Sokawera Padamara. Untuk menghadapi hama ini, para petani menerapkan perangkap tikus dengan model TBS.

”Harapannya Trapp Barrier System atau TBS ini mampu mengendalikan hama tikus yang ada di desa Sokawera. Jadi memang Desa Sokawera ini baru pilot project dan harapannya keberhasilan di desa ini dapat disosialisasikan bagi seluruh petani di Kabupaten Purbalingga, sehingga hama tikus ini dapat dikendalikan, dan produktifitas pertanian tetap tinggi sehingga ada peningkatan kesejahteraan para petani”, jelas Tiwi.

Sementara Kepala Dinas Pertanian Purbalingga Mukodam SPt mengatakan, TBS ini dilakukan dengan cara menanam padi di area sekitar 20 X 20 sebagai tanaman umpan yang ditanam lebih awal dari tanaman lainnya. Sehingga pada saatnya tanaman lainnya ditanam serempak oleh petani, tanaman umpan ini sudah berusia 27 hari. Secara naluri tikus akan mencari tanaman yang sudah dapat dimakan, yakni di petak lahan umpan.

“Setiap hari tikus yang  masuk perangkap harus dimusnahkan, dan hari berikutnya akan datang tikus lainnya karena secara alamiah tikus akan mencari makan dengan mengikuti jejak pendahulunya yang ditinggalkan, baik melalui jejak kaki, bekas urin, maupun rontokan bulu. Dan pada saat sudah masuk ke petak umpan akan memanggil temen-temannya,” tutur Mukodam.

Perangkap tikus model TBS ini dinilai lebih efektif, karena sangat hemat, tidak membutuhkan banyak tenaga, dan hanya membutuhkan ketelatenan karena setiap hari harus dilakukan pengamatan dan mengambil tikus yang ada di perangkap untuk dimusnahkan. Jika lahan seluas 20 X 20 meter mampu menyelamatkan lahan persawahan seluas 5 ha, tentu dinilai sangat baik dan efisien, dibanding membasmi tikus dengan racun, belum tentu hanya tikus yang makan, bisa jadi mahkluk lain seperti burung yang semestinya harus dilestarikan.

Dari data yang dimiliki, Mukodam mengungkapkan serangan hama tikus di kabupaten Purbalingga sampai dengan akhir September secara akumulatif mencapai 655 ha., tapi masih dalam katagori sedang 8 ha, dan serangan ringan 647 ha. Dan serangan ini tidak satu lokasi tapi secara spot-spot.

Kedatangan Bupati Tiwi ke Sokawera Padamara adalah untuk melakukan Pencanangan Gerakan Optimalisasi Teknologi Trap Barrier System (TBS) dalam rangka pengendalian hama tikus di Kabupaten Purbalingga, dan Gerakan Pengendalian  (Gerdal) Penggerek Batang Padi. Usai menyaksikan cara kerja TBS dan melakukan penyemprotan tanaman padi, Tiwi langsung menuju balai desa setempat untuk ramah tamah dengan warga Sokawera. (u_humpro)