PURBALINGGA – Saat meninjau dan peletakan batu pertama program rehab rumah tidak layak huni (RTLH) dari sekolah dan lembaga desa untuk beberapa desa di wilayah Kecamatan Kejobong dan Kecamatan Kaligondang, Bupati Purbalingga Tasdi, ditangisi  keluarga  penerima bantuan RTLH.

Warga RT04 RW02 Desa Kedarpan Kecamatan Kejobong yang bernama Sunoto dan istrinya serta kedua anaknya tidak dapat menahan haru dan menangis dihadapan Bupati beserta para pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) karena bahagia rumahnya dipugar untuk diperbaiki. Sambil terisak dan memeluk Bupati Tasdi Sunoto mengucapkan terimakasih, atas kepedulian pemerintah dan pihak-pihak terkait.

“Saya ucapkan terimaksih sekali sudah dibantu oleh bapak Bupati, semoga bapak panjang umur dan murah rejeki,”tutur Sunoto.

Mendengar tangisan tersebut, Bupati Purbalingga Tasdi pun ikut terenyuh dan meneteskan air mata, ketika ditangisi oleh rakyatnya. Bupati mengakui, bahwa pihaknya bersama Wakil Bupati Purbalingga belum bisa berbuat banyak untuk rakyatnya. Karena baru sepuluh bulan dilantik, akan tetapi baru dapat merehab RTLH sebanyak 3.000 rumah dengan sisa RTLH masih 24.000. Sehingga semua diminta bahu membahu membantu masyarakat miskin.

“Saya ikut menagis ketika Pak Sunoto tadi menagis, karena saya sebagai bupati baru 10 bulan belum bisa berbuat apa-apa , sudah digaji dan diberi  makan oleh negara namun belum bisa berbuat apa-apa dan baru merahab 3.000 rumah serta yang belum terehab tahun ini masih ada 24.000 rumah. Ibarat berjalan dilumpur semua orang miskin harus ditolong agar jangan sampai tenggelam dan  ibarat menyeberang sungai yang deras, mereka jangan sampai terbawa arus. Siapa lagi yang akan menolong kalau bukan kita, ayolah mulai dari diri kita untuk bergerak mengatasi persolan-persolan kemiskinan,”pinta Bupati.

Menurut Bupati, tangisan keluarga tersebut merupakan simbol (lambang)  dan mewakili 27.000 rumah miskin yang perlu direhab.                                                                                                                                                                                  

“Tangisan keduanya symbol atau mewakili 27.000 rumah di Purbalingga yang perlu direhab, kalau 27.000 rumah kalau rata setiap keluarga ada lima orang seperti, ayah, ibu, dan anaknya berarti ada empat orang, jika dikalikan empat kali 27.000 ada berapa. Sehingga masih ada ratusan ribu yang menangis dalam hatinya  hanya tidak dikeluarkan air matanya serta masih banyak orang sengsara, tapi kita mau berbuat apa,”tuturnya.

Bupati menambahkan, bahwa hal tersebut bukanlah  deklamasi juga bukan penyair, akan tetapi semua harus dilaksanakan. Karena dalam agama Islam diajarkan Habluminalloh (hubungan antara Tuhan dengan manusia) dan Habluminanas (hubungan antara manusia dengan manusia). Hablumnanlloh akan lebih kuat , jika dikuatkan dengan habluminnas, yakni bagaiman sebagai manusia membantu sesama manusia.

“Oleh Karena itu saya mengajak pada semua untuk mengetuk hati, pikirannya agar berbuat untuk sesama,”pintanya.

Bupati menandaskan, bahwa dia dan Wabup bukanla segala-galanya, karena untuk mengatasai semua persoalan-persoalan tersebut, pemerintah tidak mempunyi banyak dana. Akan tetapi kalau semuanya mempunyai keinginan untuk membantu sesama, baik materi, tenaga maupun pemikiran serta bantuan dalam bentuk lainnya, maka persoalan kemiskinan akan teratasi.

“Mari  kita berjihad untuk mangatasi kemiskinan, bukan berjihad untuk beseteru satu sama lainnya, tapi marilah berjihad melawan kemiskinan dan agama kita mengajarkan untuk memberi kepada sesama dan mengatasai persolan-persoalan,”tandasnya. (Sukiman)