PURBALINGGA – Sebanyak 570 putra putri (pemuda) Purbalingga mengikuti pendidikan pembentukan kader Bela Negara. Kegiatan ini dilaksanakan di Bumi Perkemahan Munjulluhur, Purbalingga selama 12 hari yang dibagi 2 gelombang, mulai dari 15 sampai 27 Oktober 2018.

Ketua Panitia Pendidikan Pembentukan Kader Bela Negara, Tri Gunawan Setyadi SH MH menyampaikan kegiatan ini diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga bersama Kodim 0702/Purbalingga. Ada beberapa maksud dan tujuan terkait pelaksanaan pendidikan ini. Diantaranya menanamkan sikap dan perilaku cinta tanah air, bagi setiap warga negara Indonesia dan rela berkorban  bagi bangsa dan negara sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945.

“Pendidkan ini juga untuk meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat dalam usaha pembelaan negara dilandasi pada kecintaan tanah air dan kesadaran berbangsa dan Negara,” ungkapnya dalam upacara pembukaan, Senin (15/10).

Ia menambahkan, melalui kegiatan ini diharapkan generasi muda Purbalingga memiliki kepribadian Pancasila, tumbuhnya kebanggan generasi muda sebagai warga negara Indonesia, terbentuknya fisik dan mental serta kepribadian yang baik dan baik di kalangan generasi muda dipurbalingga dalam menghadapi berbagai pengaruh negatif.

Peserta kegiatan ini terdiri dari putra putri pemuda dari masing-masing kecamatan sebanyak 30 orang. Dalam kegiatan ini mereka akan mendapatkan berbagai pendidikan. Diantaranya wawasan kebangsaan, leadership, peran pemuda dalam pembangunan, nasionalisme, ketenagakerjaan, tata aturan hukum, bela negara dalam sistem pertahanan Negara, peraturan baris-berbaris, peraturan penghormatan militer, tata upacara militer.

“Pertahanan dan kewaspadaan nasional, Undang-undang pertahanan Negara, penyuluhan anti narkoba, konsensus kebangsaan dan bernegara, pengetahuan dasar intelijen, pengetahuan dasar kamtibmas, pendidikan dasar lalu-lintas dan mountaineering,” imbuhnya.

Sementara itu Plt Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyampaikan kesadaran bela negara ini penting untuk ditanamkan sebagai landasan sikap dan perilaku. Khususnya sebagai bentuk revolusi mental sekaligus untuk membangun daya tangkal bangsa dalam menghadapi kompleksitas dinamika ancaman sekaligus untuk mewujudkan ketahanan nasional.

“Kesadaran bela negara yang dilaksanakan melalui peran dan profesi setiap warga negara merupakan soft power bangsa bahkan akan memberikan daya tangkal yang ampuh terhadap negara lain yang ingin mencoba mengganggu kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa,” katanya.

Di sisi lain, kesadaran bela negara juga menurutnya menjadi modal sosial bangsa untuk membangun diri menjadi bangsa yang maju, berkepribadian dan berkebudayaan yang sejajar dengan negara maju lainnya. Dari gambaran tersebut menunjukkan bahwa membela negara tidak hanya dilakukan oleh militer, tetapi bisa juga dilakukan oleh mereka-mereka yang bukan militer.

“Terutama untuk menghadapi ancaman non militer, yaitu ancaman tanpa bersenjata yang mempunyai kemampuan membahayakan atau berimplikasi mengancam kedaulatan negara, keutuhan wilayah negara dan keselamatan segenap bangsa,” katanya.(Gn/Humas)