PURBALINGGA INFO- Angka  prevalensi stunting di Kabupaten Purbalingga terus menurun dari tahun ke tahun. Hal tersebut disampaikan Kepala Bappelitbangda Purbalingga, Suroto selaku wakil ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Purbalingga Tahun 2022, Selasa (28/6/2022) di Tien Catering Jln. Ketuhu Wirasana pada acara Pertemuan Koordinasi Rembuk Stunting dan Penandatanganan Komitmen cegah stunting.

Suroto mengatakan, dari tahun ke tahun angka stunting di Kabupaten Purbalingga mengalami penurunan yang signifikan yaitu 28,4 persen di tahun 2017, 26,4 persen di tahun 2018, 17,8 persen di tahun 2019, 16,93 persen di tahun 2020 dan 15,7 persen di tahun 2021. Menurutnya, hal tersebut merupakan kemajuan yang baik dalam hal penanganan stunting di Kabupaten Purbalingga.

“Dari tahun ke tahun angka stunting di Kabupaten Purbalingga mengalami penurunan. Ini hal yang baik dan aksi penurunan stunting di Kabupaten Purbalingga efektif,” katanya.

Suroto menyampaikan target pemerintah pusat yang menargetkan menekan angka stunting hingga 14 persen di tahun 2024. Untuk Kabupaten Purbalingga, Pemprov Jateng menargetkan penurunan angka stunting hingga 13,3 persen pada tahun 2024.

“Kami optimistis bisa menekan angka stunting yang ditargetkan. Sinergitas semua pihak diharapkan tetap terjalin baik sehingga apa yang ditargetkan tercapai,” ujarnya.

Senada, Wabup Sudono menyampaikan optimisme serupa dengan berpijak pada data penurunan stunting yang signifikan. Sisa waktu dua tahun untuk menekan angka stunting yang ditargetkan nasional tersisa 1,7 persen akan dicapai bila Pemkab Purbalingga secara serius dan simultan berkoordinasi dengan pemerintah desa. Ketercukupan gizi dan keluarga rawan stunting akan diketahui secara presisi jika pihak desa benar-benar dilibatkan dalam penanganan penurunan stunting.

“Gizi harus tercukupi, usia nikah juga harus diperhatikan disamping screening lain sebelum melakukan pernikahan,” kata Wabup Sudono.

Kepala Dinas Kesehatan Purbalingga, Jusi Febrianto dalam kesempatan tersebut memaparkan peran penting ibu dalam penanganan stunting. Pertama, ibu hamil harus dipastikan tidak mengalami anemia karena asupan nutrisi janin berasal dari si ibu sehingga sebelum melakukan pernikahan, wanita harus melakukan screening salah satunya tes HB (Hemoglobin).

“Kalau anemia, kita dampingi tiga bulan sampai normal sehingga meminimalisir mal nutrisi untuk janin,” ujarnya.

ASI eksklusif juga menjadi perhatian. Pemkab Purbalingga telah mengimbau kepada tempat bekerja untuk menyediakan refrigerator bagi ibu karir yang masih menyusui anaknya.

Asupan gizi yang baik dan seimbang bagi wanita pra hamil juga menjadi hal yang tidak bisa dikesampingkan. 1000 hari kehidupan dihitung dari sel sperma bertemu ovum sehingga nutrisi wanita calon ibu harus dipastikan baik.

“Harus dipastikan gizinya karena 1000 hari kehidupan dihitung dari sel sperma bertemu dengan ovum. Bukan dari kelahiran si anak,” pungkasnya. (LL/Kominfo)