PURBALINGGA – Saat ini, budaya mendongeng dikalangan masyarakat semakin menurun, akan tetapi budaya dari luar negeri yang tidak mendidik anak-anak malah ada di mana-mana. Hal tersebut berpengaruh negatif bagi tumbuh kembang anak-anak, khususnya anak usia dini.

Bagi anak-anak, pendidikan usia dini merupakan awal pendidkan yang strategis, karen apada usia tersebut, anak masih dalam masa tumbuh kembang atau golden age (usia emas). Anak dalam usia tersebut, biasanya ingin sekali mengetahui akan sesuatu, sehingga anak-anak perlu dilatih budaya gemar membaca.

“Di Purbalingga, budaya mendongeng dari hari ke hari, tahun ke tahun  malah semakin menurun. Sedangkan budaya-buday dari luar  dengan mudahnya kita melihat, bahkan banyak film ana-anak yang tidak terlalu mendidik bagi anak-anak,”tutur Wakil Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi saat membuka Workshop Mendongeng Kreatif dengan Media Wayang Kulit untuk guru Pendidikan Usia Dini (PAUD) se-Kabupaten Purbalingga yang diikuti 36 guru PAUD perwakilan kecamatan di Pendapa Cahyana Sabtu (4/6).

Menurut wabup, dengan  banyaknya  unsur-unsur budaya dari luar dan sedikitnya unsur budaya dari dalam negeri , hal tersebut berpengaruh  negatif terhadap anak-anak. Sedangkan  mendongeng merupakan media paling efektif untuk memberikan nilai positif kepada anak-anak. Karena dengan mendongeng apalagi dengan media budaya seperti wayang kulit, hal tersebut dapat mentransfer nilai  positif seperti nilai budaya, agama, dan nilai sosial kepada anak-anak.

“Media mendongeng lebih menarik bagi anak-anak, karena dengan mendongeng nilai-nilai yang disampaikan akan lebih mudah dicerna oleh anak-anak. Berbeda denagn mengajarkan dengan cara-cara biasa/monoton, biasanya  tidak menarik bagi anak-anak. Akan te tapi dengan mendongeng sambil bercerita, apalagi dengan media wayang, hal ini akan lebih menarik ,”tuturnya.

Melalui kegiatan tersebut, tandas wabup, diharapkan mampu memiliki nilai positif dalam hal membentuk karakter dan meningkatkan daya imanjinasi sertakreatifitas  anak juga  meningkatkan wawasan anak.  Sehingga atas prakarsa seniman dan insan pendidik yang sudah peduli dengan peningkatan nilai budaya kepada anak-anak, pemerintah kabupaten (pemkab) Purbalingga mengapresiasi kegiatan tersebut. Selain tidak dipungut biaya, hal tersebut juga merupakan kepedulian dan wujud nyata dalam rangka menghidupkan kembali budaya dongeng di Purbalingga.

“Tentunya atas nama pemerintah kabupaten, saya  berharap agar kegiatan ini membawa manfaat khususnya untuk memberikan motivasi bagi guru-guru PAUD agar dapat meningkatkan ketrampilan dan kemampuan  khusunya dalam hal mendongeng. Sehingga nantinya ilmu tersebut  dapat ditransfer  ataudiimplementasikan kepada anak-anak didik khususnya anak-anak PAUD  yang ada di Kabupaten Purbalingga,”tandasnya.

Ketua Dewan Kesenian Purbalingga Haryono Sukiran menjelaskan, bahwa kegiatan tersebut, dalam rangka meningkatkan budaya mendongeng bagi guru-guru PAUD dan  diikuti peserta dari kecamatan dengan mengirimkan dua orang guru terdiri dari satu guru taman kanak-kanak (TK) serta  guru kelompok bermain. Tujuannya adalah agar guru PAUD tambah kreatif dalam menghadapi lomba di tingkat provinsi dapat mengharumkan nama Purbalingga.

Sedangkan media yang digunakan dalam kegiatan tersebut dengan menggunakan kesenian wayang kulit.

“Selain sebagai salah satu cara untuk membentuk karakter melalui suara dan gerakan wayang, juga sebagai pengetahuan tentang fungsi musik,”jelasnya.(Sukiman)