PURBALINGGA_ Bupati Purbalingga minta agar setiap acara resmi menggunakan piring lidi produk lokal. Suguhan bagi para tamu dengan menggunakan piring lidi dan diberi alas daun pisang. Ini akan sangat membantu produk lokal disamping turut serta menciptakan kegiatan yang ramah lingkungan. Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi mengatakan hal ini saat memberikan sambutan pada acara roadshow UMKM di halaman kantor Kecamatan Kutasari, Selasa (19/22).

Bupati akan lebih mengapresiasi ketika produk lokal dimanfaatkan. Piring lidi tersebut dapat menggantikan piring kaca ataupun piring plastik. Penggunaan piring lidi dapat dipelopori oleh pemerintah kecamatan dimana ada warganya yang menjadi perajin piring lidi. “Coba pak camat Kutasari mempelopori penggunaan piring lidi ini, setiap ada kegiatan di Kutasari tidak usah menggunakan piring kaca maupun plastik, tapi menggunakan piring lidi dengan daun pisang di atasnya. Hal ini lebih bijak karena merupakan upaya membela produk-produk lokal,” kata Tiwi.

Piring lidi di Kecamatan Kutasari diproduksi oleh kelompok perajin piring lidi “Sumber Berkah” Desa Sumingkir. Sedikitnya ada 10 orang perajin piring lidi yang setiap hari produksi. Bahan baku pembuatan piring lidi didatangkan dari Sokaraja Banyumas berupa lidi daun kelapa yang biasa dimanfaatkan untuk membuatan ketupat.

Menurut ketua kelompok Sumber Berkah Hermanto, selama ini bahan baku didatangkan dari wilayah Sokaraja. Satu ikat lidi seharga Rp. 4000 dapat digunakan untuk membuat 2 -3 piring yang dijual dengan harga Rp. 4000/buah atau Rp. 45 000/lusin piring lidi. Untuk membuat satu buah piring lidi, para perajin hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit. Selama ini pemasaran baru pada tingkat lokal Purbalingga.

Disamping produk piring lidi, Bupati Tiwi juga kagum dengan model atau miniatur kendaraan besar seperti bus dan truk produksi warga Karangjengkol. Kendaran miniatur ini sangat menarik dan persis bus asli dengan stiker nama perusahaan otobus.

Perajin miniatur kendaraan bus dan truk Leli Kholiah warga RT 8 / RW 3 desa Karangjengkol Kutasari mengatakan, pembuatan miniatur ini berawal dari coba-coba setelah dirinya mengalami kebangkrutan dari usaha jamur. Namun setelah digeluti hampir dua tahun ini, usaha yang dirintis bersama suami Teguh Untoro cukup menjanjikan. Setiap hari mempekerjakan tiga orang mampu memproduksi 10 – 15 unit dengan harga kisaran Rp 100.000 – Rp. 250.000.

“Untuk pemasaran selama ini melalui online marketplace, seperti shopee, bukalapak, tokopedia maupun facebook. Termasuk ada 10 reseler yang tersebar di seluruh Indonesia yang selama ini aktif membantu pemasaran. Harga bus beroda empat pake remot Rp 230.00, roda enam Rp 240.000, kalo yang cuma pake lampu lebih murah atau beda Rp 10.000 ,” tutur Leli.

Miniatur kendaraan besar ini terbuat dari kayu triplek. Mesin maupun roda diambil dari mobil mainan yang sengaja dibeli untuk diambil mesin dan rodanya. Sedangkan stiker yang menempal di badan bus atau truk  merupakan hasil desain sendiri. Untuk menambah penampilan, dibuat lampu utama di depan maupun di belakang kendaraan. Bahkan miniatur ini sudah dilengkapi dengan penggunaan pengendali jarak jauh (remote control). (U-Humpro)