PURBALINGGA – Wisata minat khusus pendakian Gunung Slamet (3.428 m dpl), semakin diminati. Sekitar  4.100 pendaki dari berbagai kota di Jateng, Jabar, Jatim, Yogyakarta, dan Jakarta melakukan pendakian pada libur panjang akhir pekan lalu. Jumlah pendakian ini, naik sepuluh kali lipat dari hari biasa. Bahkan, diantaranya, ada pendaki dari India (2 orang), Romania (1) dan Australia (3 orang). .

            Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Drs Subeno, SE, M.Si mengungkapkan, dengan jumlah pendaki yang naik drastis ini menandakan jika wisata minat khusus pendakian ke Gunung Slamet, semakin diminati. Para peminat sebagian besar dari kalangan remaja hingga pemuda-pemudi. Mereka dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Jumlah pendaki ini juga melebihi pada saat pendakian saat HUT kemerdekaan RI dan pada pergantian tahun.

            “Jika dibanding hari biasa, pendakian pada akhir pekan lalu naik sepuluh kali lipat. Setidaknya, kami menyetorkan pendapatan dari tiket masuk sekitar Rp 4 juta. Tiket pendakian ke Gunung Slamet terbilang paling murah, setiap pendaki dikenai tiket Rp 5.000,- yang terbagi Rp 4.000 untuk kas daerah Pemkab, dan sisanya untuk Tim SAR,” kata Subeno disela-sela melakukan pemantauan di pos Bambangan, Desa Kutabawa, Karangreja, Senin (9/5).

            Dikatakan Subeno, meski libur akhir pekan hingga hari Minggu (8/5), namun beberapa pendaki hingga Senin (9/5) masih terlihat di pondok pemuda yang menjadi pos pendakian awal di Bambangan. Sebelumnya, para pendaki mulai membanjiri pos pendakian di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, pada Kamis (5/5) pagi.  “Mereka kebanyakan datang secara berombongan. Dalam satu grup antara 5 – 10 orang,, bahkan ada yang 20 orang. Namun juga ada yang datang dua orang dalam satu kelompoknya,” kata Subeno.  

            Disebutkan Subeno, berdasar data yang tercatat di pos Bambangan, para pendaki berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Tasikmalaya, Semarang, Madiun, Surabaya dan sejumlah kota lainnya di Jateng, Jatim dan Jabar. “Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, semua pendaki kami data di pos Bambangan. Setiap ketua kelompok juga kami wajibkan meninggalkan identitas  berupa KTP atau SIM serta nomor kontak,” kata Subeno.

            Petugas di posko Bambangan yang dibantu dari SAR Purbalingga serta relawan Gunung Slamet juga membagikan lembaran informasi berupa jalur pendakian, serta tata cara dan larangan selama melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet. “Lembar informasi ini untuk member kemudahan bagi parapendaki yang hendak menuju puncak. Jika terjadi sesuatu pada rombongannya, bisa segera mengontak pada nomor kontak yang tertera dalam lembaran tersebut,” ujarnya.

            Subeno, juga mengingatkan kepada para pendaki untuk tetap menjaga kesehatan serta kelestarian lingkungan selama di puncak dan jalur pendakian. Para pendaki dihimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan wajib membawa turun kembali sampah yang dihasilkannya. Semua pendakisebelum ke puncak juga dibekali kantong plastic untuk tempat sampah. Kantong ini diserahkan kembali di pos Bambangan dan tentunya berisi sampah. Parapendaki juga tidak boleh menebang pohon serta memetik bunga Edelwis.

            “Kami bekerja sama dengan SAR dan relawan juga memantau di beberapa pos pendakian, harapannya agar para pendaki ikut menjaga kelestarian hutan dan vegetasi yang ada di Gunung Slamet,,” kata Subeno.  

            Subeno menambahkan, dari target retribus pendakian Gunung Slamet tahun 2016 sebesar Rp 14 juta, hingga Senin (9/5) sudah terpenuhi jauh melebihi target. Dinbudparpora telah menyetorkan pendapatan Rp 41 juta. “Kami optimis pendapatan akan bisa bertambah lagi. Jika pendakian tidak ditutup karena aktivitas gunung berapi, maka masih ada momen besar untuk pendakian seperti pada peringatan HUT kemerdekaan, dan pergantian tahun,” tambah Subeno.

            Petugas SAR di pos Bambangan, Slamet Heriansyah menambahkan, dengan membludaknya jumlah pendaki, pihaknya sempat kesulitan mendapatkan air bersih. Di sekitar pos Bambangan, tidak ada sumber air. Untuk memenuhi kebutuhan air harus membeli dari penjual atau membeli ke PDAM.  “Ketika pendakian semakin ramai, tidak turun hujan, sehingga kebutuhan air untuk MCK, sempat tersendat. Namun, akhirnya bisa teratasi,” kata Slamet.

            Slamet menambahkan, hingga Senin (9/5) semua pendaki yang naik antara hari Kamis – Jum’at (5 – 6/5) sudah turun semuanya. Tidak ada kejadian atau musibah apapun, karena semua pendaki mematuhi petunjuk yang disampaikan oleh petugas di posko Bambangan. (y)