PURBALINGGA – Sepanjang tahun 2015 gangguan kemanan, ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di wilayah Purbalingga cenderung mengalami penurunan. Sedangkan gangguan kamtibmas kasus kejahatan yang mendominasi adalah kasus pencurian dengan pemberatan (Curat), disusul kasus kecelakaan laulintas (lakalantas).

“Gangguan kamtibmas/kejahatan di Purbalingga pada tahun mengalami penurunan,”terang Kepala Polisi Resort (Kapolres) Purbalingga AKBP Anom Setiadji saat Doa Bersama, Refleksi Dan Evaluasi Tahun 2015 di Pendapa Dipokusumo, Kamis malam (31/12).

Menurut Anom, pada tahun 2014 lalu, gangguan kamtibmas yang terjadi sebanyak 385 kasus. Sedangkan pada tahun 2015 berkurang sebanyak 46 kasus. Sehingga penurunan gangguan ini merupakan suatu prestasi bagi masyarakat Purbalingga. Dikatakan Anom, hal itu merupakan prestasi, karena kejahatan merupakan cerminan kehidupan masyarakat itu sendiri. Semakin masyarakatnya baik, kualitas kehidupannya juga baik, tentunya gesekan atau gangguan kamtibmas juga semakin berkurang.

“Akan tetapi, teori orang dahulu bilang, selama  masih ada orang hidup, selama dunia berputar, kejahatan selalu ada,”tuturnya.

Anom menambahkan, berkurangnya/menurunnya kejadian kamtibmas di Purbalingga dimungkinkan para pelaku criminal beralih ke daerah lain. Namun dalam dalam kejadian tersebut, ada beberapa yang menjadi catatan pihak kepolisian, walaupun tetap mensyukuri adanya penurunan kasusnya. Dari kasus-kasus tertentu tetap menjadi dominasi bahkan ada kecenderungan angkanya naik. Satu contoh kasus adalah curat, angkanya besar dan  ada peningkatan dari angka sebelumnya. Selanjutnya, kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor), usai pelaksanaan pilkada selang satu bulan kasus tersebut trendnya akhir-akhir ini semakin meningkat, khususnya di wilayah kecamatan Purbalingga dan Kalimanah dan Padamara. Hal tersebut dimungkinkan  karena  wilayah tersebut merupakan penyangga kota Purbalingga.

Sedangkan untuk kasus kecelakaan lalu linta (lakalantas), kata Anom, trendnya memang menurun dibanding tahun sebelumnya. Hal tersebut lebih disebabkan pada tahun 2014 ketika adanya jembatan Comal yang putus, sehingga wilayah Purbalingga dijadikan jalur alternatif. Dengan infrastruktur sarana prasarana yang ada serta ketidaksiapan pengguna jalan khususnya pengendara , sehingga terjadi banyak kecelakaan khususnya di jalur wilayah Karangreja, Bobotsari  arah Pemalang. Karena jalan yang dilalui di wilayah tersebut berliku, adanya turunan tajam, ruas jalanannya yang  sempit  serta tidak dimungkinkan dilewati kendaran besar truk/bus.

“Sehingga pada tahun lalu banyak terajdi kecelakaan, jadi tahun kemarin (2014-red) angkanya tinggi, sedangkan untuk tahun ini memang turun, barangkali di Pantura mungkin tidak ada hambatan,”tuturnya.

Dan yang menjadi catatan menarik kepolisian adalah tingginya angka kecelakaan motor. Sedangkan yang menjadi catatan adalah,  terjadinya lakalantas tersebut terjadi di  diruas jalan perkampungan atau jalan kecil di pinggiran/pedesaan bukan di jalan besar seperti jalan provinsi, kabupaten dan lain sebagainya. Hal utama yang menyebabkan kejadian tersebut merupakan kecerobohan pengendara, antara lain tidak memenuhi persayaratan mengemudi seperti mempunyai kelengkapan surat-surat, tidak mengenakan helm, kemudian juga persyaratan dari pengendara salah satunya umur dan tidak memiliki SIM.

“Bahkan yang mengalami kecelakaan anak-anak usia dibawah umu yang belum saatnya diperbolehkan untuk mengendarai kendaraan,”terangnya.

Dari kejadian tersebut, tandas Anom, peran lingkungan yang dimulai dari keluarga terutama orang tua serta  peran kepolisian terdekat yaitu jajaran kepolisian Polsek sangat dibutuhkan. Untuk itu, sejak dilantiknya menjadi Kapolres di Purbalingga 13 Oktober 2013, ada beberapa misi yang harus dilakukan. Salah satu misinya, Purbalingga harus lebih baik sebelum kepemimpinnya. Phaknya juga terus menekankan kepada semua anggotanya untuk selau peduli dan konsisten melayani masyarakat, terutama untuk pelayanan dan perlindungan masyarakat. Karena nasib masyarakat bergantung pada kepedulian dan konsistenya anggota polisi. Dengan semboyan  “Sekecil apapun resiko yang dihadapi, dibanding dengan keputusan yang harus diambil, yakinlah, masyarakat pasti membutuhkan tindakan polisi. Kemudian misi selanjutnya adalah menekan tindakan kejahatan. Menekan angka lakalantas, berikutnya membangun komunikasi dengan masyarakat, SKPD dan jajaran pemangku kepentingan, karena mustahil polisi dapat bekerja sendiri tanpa bantuan dari masyarakat. “Saya juga tidak bosan-bosannya, mengajak agar bersama bertanggung jawab terhadap Purbalingga,”tandasnya.(Sukiman)