*  Dari Pelatihan Jurnalistik Pramuka,

pramuka boden powell

PURBALINGGA, HUMAS – “KAK, berita di media massa, kok isinya hanya saling menyerang, ya?. Apa wartawan itu suka memberitakan pernyataan yang menyerang?. Terus Bagaimana caranya menulis yang baik dan tidak menyinggung perasaan orang lain’,” tanya, Evi, seorang pramuka penggalang putri dari Gugus Depan SMKN 1 Purbalingga.

Pelajar lain bertanya, kenapa tulisan wartawan sudah langsung membuat mindset seseorang yang membacanya ikut percaya. “Misalnya, berita soal Anas Urbaningrum, seolah-olah pembaca dan masyarakat Indonesia sudah menghakimi bahwa Anas ikut terlibat korupsinya Nasarudin,” tanya Aji, pramuka lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan yang cukup kritis dan tajam disampaikan para pramuka penggalang yang mengikuti rangkaian acara Baden Powell Day di Bumi Perkemahan Munjuluhur, Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga, Sabtu (18/2).

Pertanyaan itu pun dijawab secara gamblang oleh dua nara sumber masing-masing Ir. Prayitno MSi, Kasubag Analisis dan Kemitraan Media Bagian Humas Setda Purbalingga, serta Toto Rusmanto, wartawan Harian Kedaulatan Rakyat Yogya.

Menurut Prayitno, seoarang wartawan dalam menulis berita harus mengedepankan aspek check and balance. Dalam menulis wartawan harus berpijak pada kode etik dan menjauhi unsur fitnah dalam pemulisannya.

“Berita atau tulisan harus memenuhi prinsip cover both side supaya berimbang dan memenuhi aspek jurnalistik yang baik. Dengan prinsip cover both side, materi berita tidak akan merugikan atau menyinggung perasaan nara sumber dan pihak lain yang ditulisnya,” ujar Prayitno yang pernah bekerja di media cetak terbitan Semarang selama 15 tahun dan kini menjadi kontributor sejumlah media online berkantor pusat di Jakarta.

Sementara itu, Toto Rusmanto menjawab pertanyaan seorang pelajar soal pembentukan mindset pembaca atas sebuah berita, menunjukkan bahwa media memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan opini. Karenanya, masyarakat harus cerdas dan kritis ketika menyimpulkan berita yang ditulis oleh wartawan.

Toto mencontohkan, berita-berita yang mengekspos kasus korupsi wisma atlet di Palembang. Kasus itu disebut-sebut melibatkan banyak pihak. Dalam berita itu sudah disampaikan konfirmasi dari pihak-pihak tersebut. Terlepas pihak yang dituduh itu benar-benar terlibat apa tidak, harus dikonfirmasi oleh wartawan. Kalau pihak itu membantah, ya wartawan menuliskan bantahannya,” ujar wartawan sebuah harian yang terbit di Jogjakarta itu.

“Melalui berita, masyarakat mendengar pernyataan sumber yang menuding pihak lain terlibat. Melalui berita pula, masyarakat mendengar pihak yang dituduh itu membantah atau mengakui. Celakanya bila pembaca hanya menyimak judul beritanya saja. Sehingga informasi yang diperolehnya sepotong-sepotong dan menyesatkan,” ujar Toto.

Dalam pelatihan tersebut, Prayitno menjelaskan soal jurnalistik dan media, sedang Toto Rusmanto lebih fokus pada materi teknik penulisan berita.

Selain materi jurnalistik, acara Baden Powell Day yang diikuti sekitar 500 pramuka juga lomba senam pramuka, lomba foto, lomba design logo, perpustakaan mini, lomba senam pramuka, lomba cerdas tangkas pramuka, diskusi kesakaan, program kali bersih, donor darah dan perwira night. Kegiatan berlangsung yang dibuka Wakil Ketua Kwarcab Bidang Bina Muda berlangsung mulai Sabtu (18/2/) hingga Selasa (21/2). (Humas/y)