PURBALINGGA, INFO – Sebanyak 14 perwakilan dari Kelompok Wanita Tani (KWT) dari Kabupaten Pemalang melakukan studi banding ke KWT Karya Tani, Dusun Katel Klawu, Desa Pengalusan, Kecamatan Mrebet. Studi banding ke KWT Karya Tani sendiri karena melihat potensi dan keunggulan dari KWT tersebut yang sebelumnya menjadi juara satu tingkat nasional kategori Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pemalang, Muntoha mengatakan KWT dari Kabupaten Pemalang tertarik untuk melakukan studi banding karena ada kelebihan yang dimiliki KWT Karya Tani. Seperti manajemen pemasaran dari KWT Karya Tani yang sudah mempu menjual hasil produksinya ke rumah sakit.

“Selanjutnya KWT di Pemalang mendapatkan bantuan 75 polybag per anggotanya tapi di KWT Karya Tani ini bisa mendapatkan 200 polybag untuk masing-masing anggota dan bisa tertangani semuanya,” kata Muntoha di sela-sela kunjungannya di KWT Karya Tani, Dusun Katel Klawu, Desa Pengalusan, Jumat (16/10).

Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan pada Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Kabupaten Purbalingga, Sunarto menyambut baik KWT dari Kabupaten Pemalang yang ingin belajar dari KWT Karya Tani. KWT Karya Tani menurutnya tergolong KWT yang masih baru dibentuk pada bulan Maret 2020.

“KWT Karya Tani ini merupakan KWT Penumbuhan Tahun 2020 belum sampai satu tahun namun, KWT ini mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KWT yang lain yakni mempunyai hamparan yang belum dimiliki KWT lain,” kata Sunarto.

Selanjutnya, kompaknya anggota KWT Karya Tani yang berjumlah 30 orang anggota. Dimana masing-masing anggota ini melakukan penanaman dan produksi serta aktif dalam pengembangan pekarangan di rumah masing-masing.

“Kompak sekali ibu-ibunya dan produksinya sudah mulai bagus, pemasaran sudah berjalan dan administrasinya lengkap,” ujarnya.

Administrasi yang dilakukan tidak hanya menjelang lomba saja tetapi dari awal sudah ada pembukuan kegiatan KWT Karya Tani terkait proses pembentukan KWT, anggota kelompok dan produksi. Masing-masing anggota juga melakukan pembukuan terkait dengan tanaman yang ditanam di rumah masing-masing dan dihitung untuk konsumsi rumah tangga dan yang dijual untuk peningkatan ekonomi.

“KWT ini bisa berjalan dengan baik tentunya karena kompak, karena di sisi lain banyak KWT yang tidak berjalan yang disebabkan tersendat kekompakannya, lalu di manajemen organisasinya,” ungkap Sunarto.

Keunggulan lainnya, ia menambahkan KWT Karya Tani memproduksi sayuran yang sehat dan segar serta aman untuk dikonsumsi. Bahkan terkait dengan pupuk yang digunakan tidak sedikitpun menggunakan pupuk kimia melainkan pupuk kandang yakni dari kotoran kambing.

“Di Dusun Katel Klawu sendiri kebanyakan warganya beternak kambing, kotorannya ini kemudian digunakan sebagai pupuk, jadi sayuran yang dihasilkan bebas dari bahan kimia,” pungkasnya. (PI-7)