PURBALINGGA, INFO – Kelompok Wanita Tani (KWT) Sri Rejeki Desa Pengadegan, Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga mulai mengembangkan produk olahan dari buah pepaya. Buah pepaya yang tumbuh subur di Desa Pengadegan dimanfaatkan oleh KWT Sri Rejeki untuk dibuat olahan makanan.

Pepaya yang ada tidak hanya dijual langsung dalam bentuk buah namun diinovasikan menjadi olahan makanan seperti keripik pepaya, dodol pepaya  dan manisan pepaya.Produk olahan pepaya ini memang baru dikembangkan oleh KWT Sri Rejeki namun pengembangan inipun ternyata masih menuai kendala yakni pada peralatan.

Sri Haryanti dari Balai Penyuluh Pertanian (BPP) Kecamatan Pengadegan mengatakan untuk pemasaran aneka olahan pepaya ini masih dalam skala kecil dan sesuai pesanan. Kemasannya pun masih sangat sederhana dan belum ada label produknya.

“Rencana mau saya buatkan label produk, sama plastik kemasannya perlu agak tebal,” kata Sri Haryanti saat dihubungi, Rabu (31/7).

Ia menerangkan terkait dengan produk olahan pepaya yang sedang dikembangkan oleh KWT Sri Rejeki juga belum mengantongi izin Produk Industri Rumah Tangga (PIRT). Menurutnya, pihaknya akan membantu secara bertahap mulai dari mengurus izin PIRT, perbaikan produk, keamanan produk dan kemasan.

“Rencananya kami akan konsultasikan terlebih dulu dengan dosen Unsoed untuk komposisi dalam produk olahan pepaya ini,” ujarnya.

Sri Haryanti menjelaskan untuk membuat dodol pepaya dibutuhkan pepaya yang sudah matang, untuk manisan pepaya dibutuhkan pepaya yang setengah matang atau gemading dan untuk keripik pepaya menggunakan pepaya yang masih muda.

“Sehari KWT Sri Rejeki ini membuat 5 kg dodol, 3 kg keripik dan 2 kg manisan tergantung pesanan tapi setiap hari pasti ada peningkatan olahan yang dibuat,” kata Sri Haryanti.

Pepaya yang digunakan untuk produk olahan yakni menggunakan pepaya California yang banyak dijumpai di Desa Pengadegan. Di Kecamatan Pengadegan sendiri luas kebun pepaya sekitar 12 hektar sedangkan di Desa Pengadegan sekitar 3,5 hektar.

“Produksi per hektar rata-rata 4-5 ton tergantung pemeliharaan tanaman juga, produksi paling bagus tahun pertama sampai kedua, tahun ketiga biasanya sudah ada penurunan produksi,” ujarnya.

Musim rupanya juga mempengaruhi hasil panen dari pepaya, sebelum memasuki musim kemarau panen bisa dilakukan satu minggu atau dua minggu sekali. Sedangkan musim kemarau panen pepaya hanya satu bulan sekali.

“Walaupun kering alhamdulillah banyak yang membudidayakan cuma kalau pas terang kaya sekarang panennya jadi lebih lama,” imbuh Sri Haryanti.

Untuk harga buah pepaya 1 kg diambil di lahan sebesar Rp 1800,- di petani tapi harga fluktuatif pernah 1000/kg sampai 2000/kg. Sedangkan untuk harga dodol pepaya per kg dijual seharga Rp 30 ribu, manisan Rp 27 ribu/kg dan keripik pepaya dijual Rp 80 ribu/kg.

“Rencana selanjutnya juga mau membuat roti manis isi selai pepaya, jadi sekarang lagi proses juga membuat selai pepaya,” pungkasnya. (PI-7)