PURBALINGGA – Mengisi liburan Paskah, sekitar 1.000 pendaki melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet (3.428 m dpl). Para pendaki dari kalangan muda-mudi ini berasal dari berbagai kota di Jateng, Yogyakarta, Jabar dan Jakarta.

            Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno mengatakan, para pendaki mulai membanjiri pos pendakian di Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja pada Kamis (24/3) siang hingga sore.  “Mereka kebanyakan datang secara berombongan. Dalam satu grup antara 5 – 10 orang,, bahkan ada yang 20 orang. Namun juga ada yang datang dua orang dalam satu kelompoknya,” kata Prayitno.

            Disebutkan Prayitno, berdasar data yang tercatat di pos Bambangan, para pendaki berasal dari Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Semarang, Pekalongan, Tasikmalaya, Purwokerto serta sejumlah kota lain di Jateng, dan Jabar. “Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, semua pendaki kami data di pos Bambangan. Setiap ketua kelompok juga kami wajibkan meninggalkan identitas  berupa KTP atau SIM serta nomor kontak,” kata Prayitno.

            Petugas di posko Bambangan yang dibantu dari SAR Purbalingga serta relawan Gunung Slamet juga membagikan lembaran informasi berupa jalur pendakian, serta tata cara dan larangan selama melakukan pendakian ke puncak Gunung Slamet. “Lembar informasi ini untuk member kemudahan bagi para pendaki yang hendak menuju puncak. Jika terjadi sesuatu pada rombongannya, bisa segera mengontak pada nomor kontak yang tertera dalam lembaran tersebut,” ujarnya.

            Prayitno juga mengingatkan kepada para pendaki untuk tetap menjaga kesehatan serta kelestarian lingkungan selama di puncak dan jalur pendakian. Parapendaki dihimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan, dan wajib membawa turun kembali sampah yang dihasilkannya. Semua pendaki sebelum ke puncak juga dibekali kantong plastic untuk tempat sampah. Kantong ini diserahkan kembali di pos Bambangan dan tentunya berisi sampah. Para pendaki juga tidak boleh menebang pohon serta memetik bunga Edelwis.

            “Kami bekerja sama dengan SAR dan relawan juga memantau di beberapa pos pendakian, harapannya agar para pendaki ikut menjaga kelestarian hutan dan vegetasi yang ada di Gunung Slamet. Pendaki juga diminta membawa kembali sampah yang berasal dari perbekalan yang dibawa. Biasanya, usai pendakian massal seperti saat ini, puluhan karung sampah harus dibawa turun oleh petugas SAR dan warga desa setempat, oleh karenanya kami meminta agar pendaki juga membawa turun sampahnya,” kata Prayitno.

            Prayitno menambahkan, kondisi puncak Gunung Slamet lumayan dingin dan sesekali terjadi hujan. Para pendaki diminta waspada terhadap serangan hipotermia dan jalan setapak yang licin. (y)