PURBALINGGA INFO – Kelompok Tani Muda Desa Kalimanah Wetan olah limbah pertanian dan limbah ternak untuk dijadikan pupuk organik sebagai usaha utamanya. Kegiatan usaha yang dilakukan tersebut guna berpartisipasi mensukseskan program pemerintah, yakni UPPO (Unit Pengolah Pupuk Organik)  dan kelompok tani muda ini juga kembangkan ternak breeding (pembiakan) domba dan sapi.

Hal tersebut disampaikan Sidik Saefudin, ketua kelompok tani muda saat ditemui di lokasi rumah kompos pada Minggu (18/9/2022) siang. Ia mengakui bahwa awal mula ia menekuni dunia perpupukan bersama kelompok tani muda yakni sejak tahun 2019 dan dilakukan secara mandiri. Seiring berjalannya waktu, di tahun 2021 terdapat usaha yang sejenis di desanya, maka oleh pihak pemerintah desa dipanggil untuk berkolaborasi mengolah pupuk organik milik pemdes setempat dan diberi SK  oleh pihak pemdes, sekaligus ditunjuk untuk menjadi ketua kelompok tani muda yang bertitel  “Serbumas”  (Seruan budi daya mandiri sejahtera).

Sidik mengatakan, kelompok tani muda “Serbumas” selain disupport dari pemdes setempat juga dibantu oleh BPP (Balai Penyuluh Pertanian) Desa Kalimanah Wetan. Kemudian “Serbumas” juga mendapat pendampingan dari Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga melalui program-programnya.

Dengan menempati bangunan rumah kompos kas desa, Sidik bersama 4 orang pemuda setempat sebagai pekerjanya mulai rutin memproduksi pupuk dengan cara difermentasi.

“Sekali buat 1 ton,dan setiap minggu buat, ada 4 kotak penampungan pupuk, dengan komposisi beberapa unsur limbah, antara lain, dedak afkir yang sudah dicampur kapur pertanian, eceng gondok, kotoran sapi dan domba, sekam bakar dan obat-obatan non sintetis untuk mempercepat proses fermentasi,” urai Sidik.

Sampai saat ini usaha yang dikembangkan Sidik bersama kelompoknya sudah mulai menampakkan hasilnya, dibuktikan dengan adanya konsumen yang memesan pupuk hasil olahannya.

“Alhamdulillah untuk semua tanaman itu cocok kemarin kita baru saja kirim untuk tanam padi di Kutasari, itu 7 ton dan untuk bunga/tanaman hias juga cocok, kita juga sudah bekerja sama dengan beberapa florist yang menggunakan pupuk kami dan untuk ikut memasarkannya,” ungkap Sidik.

Lebih lanjut dikatakan Sidik, olahan pupuk organik yang diberi merk dagang “Green Pattern” ini juga cocok untuk digunakan sebagai media tanam sayur, kentang, strawberry, cabe dan tanaman lainnya.

“Pernah dapat order sampai 90 ton, kami belum mampu menyuplai karena pupuk yang diproduksinya masih terbatas dan paling banyak 12 ton,” terangnya.

Sebenarnya, sambung Sidik pasar pupuk organik ini masih sangat luas. Produk pupuk yang selama ini diproduksi dijual ke konsumen dengan harga eceran per kilo nya dibandrol 750 rupiah, ada juga kemasan 20 kilo dihargai 15 ribu.

Lebih lanjut, dikatakan Sidik, pernah ada pemesanan paling jauh dari  luar kota Purbalingga yakni Adipala Cilacap dan Tegal juga pernah memesan pupuk, di sana dipakai untuk tanaman sayur, cabe dan strawberry.

“Pemasaran yang selama ini dilakukan lebih banyak melayani luar desa Kalimanah Wetan, antara lain Kutasari, Bojongsari, Serang Pratin dan juga perorangan dilayani secara COD,” katanya.

Ongkos produksi yang dikeluarkan, terang Sidik paling hanya untuk upah karyawan dengan cara bagi hasil dan pembelian obat-obatan non sintetis, karena ini mengolah limbah, bila bahan baku kurang mencukupi ambil dari desa lain, bila diambil sendiri diberi secara cuma-cuma.

Sidik berharap kedepannya untuk mewujudkan  pertanian regeneratif dan pupuk organik hasil produksinya bisa digunakan secara menyeluruh khususnya di Desa Kalimanah Wetan dan secara umum di wilayah Purbalingga dan sekitarnya, syukur-syukur sampai dengan Nusantara. (Ady)