PURBALINGGA – Bumi perkemahan Munjuluhur di Desa Karangbanjar, Kecamatan Bojongsari, Purbalingga saat ini tengah menyiapkan arena perkemahan untuk kalangan menengah keatas. Perkemahan yang diberi nama ‘Munjuluhur five Star Camp’ akan dikelola bersama Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) dan manajemen Owabong (Obyek Wisata Air Bojongsari).

            Kepala Bidang Pariwisata Dinbudparpora Purbalingga Ir Prayitno, M.Si mengungkapkan, model perkemahan ala hotel berbintang saat ini mulai digemari kalangan corporate dari golongan ekonomi menengah keatas. Masyarakat menengah keatas inilah cenderung melakukan wisata minat yang menantang dan memiliki sensasi pengalaman baru.  “Pangsa pasar wisata model inilah yang akan digarap kami bersama manajemen Owabong,” kata Prayitno, Kamis (11/9).

            Ide perkemahan di kawasan Munjuluhur yang akan dijual dengan ikon ‘Munjuluhur  Java Venture  atau MJV,  Kamis (11/9) dimatangkan bersama antara pihak Dinbudparpora dengan jajaran direksi Owabong dan konsultan wisata asal Semarang ‘Bringo Venture’.  

            Dikatakan Prayitno, lokasi perkemahan nantinya berada  di bagian belakang atau yang saat ini digunakan untuk arena outbond. Disela-sela tempat outbond, suasananya tenang dan cocok untuk perkemahan model ini. Sedang di bagian depan, tetap difungsikan untuk perkemahan bagi pelajar dan pramuka atau kegiatan lainnya. “Dinbudparpora tidak memiliki sumberdaya manusia yang mumpuni untuk pelayanan kemah model ini seperti tenaga memasak sekelas hotel, tenaga pemandu wisata, dan trainer outbond. Keterbatasan  SDM ini akan dipenuhi oleh manajemen Owabong yang sudah mumpuni,” kata Prayitno.

Prayitno menambahkan, Dinbudparpora akan mengadakan peralatan kemah meski dalam jumlah yang terbatas. Untuk kekurangannya dan kelengkapan fasilitas lain akan dipenuhi oleh Owabong. “Peralatan kemah utamanya pada tenda kualitas impor, dan tenda ini bisa dibawa kemana saja, sesuai keinginan konsumen. Bisa saja, nanti perkemahan dilakukan di kompleks Goa Lawa atau di kawasan hutan di Desa Sirau Kecamatan Karangmoncol yang memiliki alam yang indah dan menantang,” tambah Prayitno.

Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Owabong, Wisnu Haryo Danardono mengatakan, manajemen Owabong menyambut baik rencana ini. Saat ini, Owabong telah memiliki outdoor activity berupa rafting di Sungai Klawing. Hanya saja, rafting Klawing sangat tergantung ketersediaan air. Dalam satu tahun, hanya mampu memanfaatkan enam bulan saat air di sungai Klawing melimpah. Selebihnya, rafting tidak bisa dijalankan. “Usulan Dinbudparpora kami tangkap sebagai peluang yang positif dan prospektif guna mengoptimalkan tenaga yang bergerak di outdoor activity dan sebagai terobosan pengembangan wahana baru di Owabong,” kata Wisnu.

Wisnu menegaskan, manajemen Owabong telah membaca fluktuasi pengunjung dalam setiap tahunnya. Owabong tidak bisa hanya mengandalkan pendapatan dari lima unit yang sudah ada. “Kami harus berani melakukan terobosan produk, salah satunya dengan wahana Campsite model hotel berbintang,” kata Wisnu.

Sementara itu konsultan wisata Bringo Adventure, Sano mengungkapkan, dari hasil survei yang telah dilakukan bersama Dinbudparpora, pihaknya meyakini Munjuluhur memiliki potensi yang bagus untuk dikembangkan sebagai arena perkemahan ala hotel berbintang. Dukungan alam disekitarnya seperti pepohonan yang rimbun, sumberdaya air, area persawahan, desa wisata Karangbanjar, kerajinan rambut, kuliner khas dan Sanggaluri Park serta  tidak jauh dari Owabong, akan semakin memberi nilai tambah bagi perkemahan ini.

“Saya juga telah melakukan survei pasar di wilayah Pemalang, Tegal, Purwokerto dan Cilacap, banyak corporate yang tertarik untuk mencobanya. Saya yakin, campsite ini akan mampu bersaing dengan campsite sejenis di Sukabumi Jawa Barat,” katanya.

Sano menambahkan, untuk mengelola campsite ini dibutuhkan orang-orang yang memiliki passion (semangat dan gairah), integritas, dan skill yang mumpuni. Pengalamannya mengelola campsite di Jambi, pada lahan 3 hektar cukup dikelola lima orang saja yang mampu bekerja dalam tim yang kompak, tidak saling menyalahkan. “Skill dapat dipelajari, yang utama semangat dan integritas harus dimiliki. Disisi lain, marketing juga harus terus ditingkatkan dan terus menerus,” kata mbah Sano. (y)