nopia

Salah satu oleh-oleh khas Purbalingga (Jateng) yang banyak diminati pembeli, adalah roti nopia atau biasa disebut  nopia. Di  Purbalingga, banyak kios dan toko oleh-oleh yang menjual nopia. Namun, salah satu toko yang paling tua menjual nopia dan  rasanya dijamin lain dari pada yang lain, yakni Toko Nopia Asli – Ting Lie Liang di Jalan AW Soemarmo No 10 Telp: (0281)  891522, atau tepatnya 100 meter sebelah utara simpang tiga patung pengrajin knalpot.

Menurut Matius Hirawan Andrianto, pemilik toko itu, dirinya merupakan generasi ketiga yang mewarisi pembuatan nopia.  Generasi pertama atau pendahulu usaha nopia itu yakni kakeknya yang bernama Ting Lie Liang, yang merintis usaha itu pada awal  tahun 1940. Kemudian diteruskan generasi kedua Sudibyo Andrianto yang juga ayah Matius Hirawan Andrianto.

Diakui Matius, keluarga Ting memang banyak yang berjualan nopia sampai sekarang, dan tersebar di berbagai tempat di  Purbalingga dan Purwokerto.

Matius yang memiliki anak semata wayang ini, kini memproduksi nopia dan mino alias mini nopia atau nopia berukuran  kecil.Untuk nopia yang diproduksi itu, ada rasa coklat, brambang goreng (bawang merah goreng), durian dan nanas. Sedangkan  mino, selain empat rasa itu, ditambah ada rasa strowbery.

Merunut sejarahnya, rasa nopia yang awal mula pada tahun 1940 dulu adalah rasa brambang goreng. Namun seiring  tuntutan pembeli, inovasi pun terus dilakukan, hingga muncul beraneka rasa.Semua rasa itu, diakui Matius sama larisnya.

Bahan untuk membuat nopia maupun mino,  ada dua bagian. Bagian pertama berupa kulit nopia, bahannya  terdiri terigu,  susu dan margarin. Sedangkan bagia kedua untuk isi, berupa terigu, susu, gula merah, gula pasir, margarin, minyak  nabati atau mentega, dan selai untuk perasa. Di sini, perasa diambil dari buah durian dan nanas asli, yang dibuat selai  terlebih  dulu, agar rasanya khas dan enak. Juga ada perasa coklat dan brambang goreng.

Yang menarik dari pembuatan nopia asli bikinan Matius, yakni masih dibuat secara tradisional, di mana pembakaran  dengan tungku khusus dari tanah liat. Dan kayu untuk membakar bukan sembarangan kayu, tapi khusus kayu klapa.Menurut Matius,  dengan menggunakan kayu klapa, aroma nopia yang dihasilkan akan terasa lain.

Diakui Matius, di Purbalingga dan di Purwokerto, kini banyak yang jualan nopia. Namun bagi yang sudah merasakan nopia  asli bikinan Matius, tentu akan menemukan rasa lain dan dijamin ketagihan.

Nopia yang cocok untuk suguhan tamu ini, di toko milik Matius dijual dengan harga Rp 14.000,- per bungkus untuk semua  rasa, di dalamnya berisi 10 buah.  Sedangkan untuk mino, dijual Rp 9.500,- per bungkus, di mana per bungkusnya berisi 3 tiga.

Soal daya tahan, diakui  Matius, nopia dan mino bikinannya bisa bertahan hingga tiga bulan, meskipun tidak  menggunakan bahan pengawet. [Py]

Sumber artikel : http://seruu.com/index.php/2010052619881/pariwisata/wisata-kuliner/nopia-oleh-oleh-khas-purbalingga-sejak-1940-19881/menu-id-746.html