PURBALINGGA – Pedidikan budi pekerti jangan hanya dibebankan tanggungjawabnya kepada para guru di sekolah. Karena pendidikan budi pekerti sesungguhnya bukan hanya tanggungjawab sekolah. Namun juga butuh bimbingan dari orang tua siswa.

Hal itu diungkapkan Penjabat (Pj) Bupati Purbalingga, Budi Wibowo saat “bertemu” dengan warga melalui program Dialog interaktif Halo Bupati yang disiarkan langsung oleh Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) Radio Suara Perwira 103Fm dan Ardi Lawet 96,3 Fm, Selasa sore (2/2).

“Bahasa Jawa (daerah-red) tidak lenyap, karena di sekolah SD, SMP, SMA masih menjadi mata pelajaran muatan lokal (mulok). Pelajaran budi pekerti juga akan diintegrasikan dalam mata pelajaran lain,” katanya, menanggapi kegundahan salah seorang pendengar yang menyatakan pembelajaran bahasa daerah seperti lenyap, sehingga berimbas pada anak-anak yang kini kurang memahami tata krama.

Sebelumnya, melalui saluran telephon interaktif yang dibuka oleh dua pemandu siar RSP, Dian dan Prima, seorang pendengar bernama Fauzan dari Purbalingga Kidul menyampaikan kekhawatiran terhadap makin punahnya penggunaan bahasa daerah oleh generasi muda sekarang.  

“Saya mengamati, karena sekolah fokusnya kepada nilai ujian nasional, sehingga pelajaran bahasa daerah seolah-olah dikesampingkan. Sehingga anak-anak sekarang kepada orang tua tidak tahu menerapkan tata krama,” katanya.

Sementara mitra perwira (sebutan untuk pendengar RSP-red) asal Purworejo Klampok, Ny Yogi, meminta para orang tua di rumah juga harus menerapkan komunikasi dengan bahasa daerahnya masing-masing. Sehingga anak-anak tidak hanya mendapatkan materi bahasa daerah di sekolah saja yang waktunya memang sangat minim.

“Di SD cuma ada tiga jam pelajaran. Jadi memang untuk mendalami bahasa jawa, dari rumah juga membimbing anak-anaknya berbahasa jawa. Seringkali penerapan anggah ungguh berbahasa jawa jadi terbalik. Kondur (pulang-red) yang seharusnya untuk orang tua malah digunakan untuk dirinya sendiri,” paparnya.

Yogi, berharap semua pihak dapat menyikapi dengan bijak agar bahasa daerah tetap dapat digunakan oleh anak-anak muda karena dalam bahasa daerah juga terdapat nilai-nilai tata krama dan budi pekerti. “Syukur-syukur Pak Bupati bisa menambah jam pelajaran bahasa daerah dari tiga jam menjadi lima jam,” lanjutnya.

Bupati mengaku, pemkab Purbalingga akan terus berupaya agar bahasa jawa tetap lestari. Termasuk bagaimana menanamkan budi pekerti kepada generasi muda baik melalui pendidikan formal di sekolah maupun kegiatan non formal lainnya. “Saya menghimbau masyarakat juga proaktif dalam nguri-uri bahasa daerahnya. Saya garisbawahi apa yang disampaikan Bu Yogi, agar orang tua mampu membimbing anak-anaknya berbahasa daerah dengan baik. Jangan hanya terampil berbahasa Indonesia saja,” katanya.

Kepada jajaran pendidikan, bila memang pembelajaran bahasa daerah yang sudah dialokasikan dirasa masih kurang, pihak sekolah dapat menambahnya dalam kegiatan ekstra kulikuler.

Bupati menambahkan, upaya pelestarian bahasa daerah juga sudah dilakukan di tingkat provinsi Jawa Tengah melalui Peraturan Gubernur (Pergub) yang terkait dengan upaya melestarikan bahasa daerah. “Termasuk di Purbalingga juga sudah menerapkan kewajiban sehari berbahasa daerah yaitu tiap hari Kamis. Nanti kita juga akan mengajak para pegawai untuk menggunakan busana daerah. Tunggu saja, nanti akan segera kita terapkan,” tambahnya.

Program Dialog Interaktif Halo Bupati merupakan salah satu program interaksi langsung Bupati dan jajaran pemerintahan di kabupaten Purbalingga dengan kalangan masyarakat. Program yang digagas oleh Bagian Humas Setda Purbalingga ini, bekerjasama dengan Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika yang menaungi dua radio pemkab yakni LPPL Radio Suara Perwira dan LPPL Radio Ardi Lawet.

Tahun 2016 ini, program berdurasi 60 menit kembali berlangsung di studio LPPL Radio Suara Perwira. “Acaranya rutin kita selenggarakan sebulan sekali,” kata Kepala Bagia Humas Rusmo Purnomo. (Hardiyanto)