PURBALINGGA – Plt Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon bersama jajaran Forum Komunikasi Pimpinan daerah (Forkopimda) melaksanakan uji coba Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng Koridor I Purbalingga – Purwokerto, Jumat (10/8). Uji coba ini dimulai dari Terminal Bus Bukateja – Kelurahan Bojong – Jalan Letjen S Parman – Jalan Letkol Isdiman – Jalan Komisaris Notosumarsono – Jalan Ahmad Yani – Jalan Mayjend Sungkono dan berakhir di Sub Terminal Jompo.

Kegiatan uji coba ini bertujuan untuk merasakan sekaligus mengevaluasi sejumlah kekurangan sebelum dilakukan launching pada 13 Agustus mendatang. Plt Bupati Tiwi menyampaikan terimakasih kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang telah mengagas BRT Trans Jateng ini. Setelah mencoba naik bus ini, menurutnya sudah cukup baik dan memadai untuk dioperasikan.

“Aman, nyaman, tepat waktu dan tarifnya terjangkau,” ungkap Plt Bupati Tiwi selepas turun dari bus kepada para wartawan.

Menurutnya sebagai Bus Rapid Transit (BRT) ini memiliki kedisiplinan waktu ketika mengangkut penumpang. Bus yang berkapasitas 40 orang ini akan segera berangkat, atau hanya menyediakan waktu 30 detik di setiap halte untuk mengangkut atau menurunkan penumpang. Sehingga tidak ada istilah ngetem.

Selain disiplin waktu BRT juga menjamin kedisiplinan mengangkut atau menurunkan penumpang hanya di halte, bukan di asal tempat. Atas kedisiplinan ini, di sisi lain juga memberi ruang moda angkutan lain untuk tetap bisa beroperasi dan tanpa merasa direbut haknya oleh keberadaan BRT ini. Sebab becak ataupun angkutan umum lain bisa berperan sebagai pengumpan ke BRT.

“Ini sudah ada sistem scrapping, nanti ada 3 atau 4 angkutan akan disubstitusi. Sehingga tidak mematikan pengusaha angkutan umum yang lain,” katanya.

Selama uji coba perjalanan dari Bukateja ke Terminal Jompo ini, Plt Bupati memberi sejumlah catatan dan masukan baik kepada pihak BRT Trans Jateng maupun Dinas Perhubungan (Dinhub) Kabupaten Purbalingga. Salah satunya yaitu perlu adanya penyesuaian halte dengan bus.

“Beberapa tadi memang kami jumpai ada halte yang lantainya terlalu tinggi, tidak lurus dengan lantai bus, juga ada yang atap (kanopi) halte yang kurang tinggi sehingga nyenggol atap bus. Namun masukan-masukan ini segera diakomodasi dan langsung dibenahi sekaligus,” katanya.

Demi memperlancar bus untuk berhenti maupun meninggalkan halte, Plt Bupati Tiwi juga menyarankan agar Dinhub memasang rambu larangan parkir dekat halte. BRT Trans Jateng Purbalingga – Purwokerto ini rencanannya akan dikenakan tarif yang cukup murah, yakni Rp 4000 untuk umum dan Rp 2000 untuk pelajar, buruh dan veteran.

Untuk 3 hari pertama sejak launching, yaitu tanggal 13 sampai 15 Agustus tidak dikenakan biaya atau gratis untuk penumpang. Plt Bupati Tiwi berharap BRT ini banyak membawa manfaat bagi masyarakat dalam hal pelayanan publik khususnya transportasi Purbalingga – Purwokerto. “Semoga bisa membantu kelancaran, meningkatkan kebutuhan ekonomi baik di Purbalingga maupun Purwokerto,” katanya.(Gn/Humas)