PURBALINGGA INFO – Momentum Hari Ulang Tahun PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia) merupakan wahana untuk merenung, kontemplasi, dan instrospeksi, tentang sejauh mana tugas serta kewajiban sudah kita laksanakan. Peringatan ulang tahun organisasi bukan sekedar arena kegembiraan tanpa makna, tetapi yang paling penting adalah menggeloranya energi positif yang baru, untuk menghadapi tahun-tahun berikutnya. Hal itu yang disampaikan Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Purbalingga Agus Winarno mewakili Bupati  Purbalingga dalam sambutannya pada Resepsi Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional Tahun 2019 di Aula PGRI Kabupaten Purbalingga, Sabtu (7/12/2019).

“Ini merupakan momentum yang tepat untuk mengajak para guru terus mengembangkan diri secara dinamis. Guru tidak boleh stagnan, tidak terpaku pada posisi nyaman di  status quo, namun harus peka terhadap perkembangan dunia. Guru adalah agen perubahan yang perannya tidak mungkin tergantikan oleh peralatan semodern apapun,” kata Agus.

Ia melanjutkan, era 4.0 tetap menuntut kehadiran guru untuk mengajak peserta didik agar siap menghadapinya dengan memanfaatkan kemajuan teknologi sebagai bekal kehidupan di masa depan. Teknologi pembelajaran pun harus dikembangkan.

“Khusus dalam bidang literasi, saya menyampaikan penghargaan  dan perhatian khusus, karena PGRI telah mampu mendorong guru-guru Kabupaten Purbalingga untuk menjadi yang terdepan di Jawa Tengah dan Indonesia, dalam semarak Gerakan Literasi Nasional, berupa penerbitan buku karya guru. saya berharap, hal ini akan mampu membawa perubahan besar pada dunia pendidikan di Kabupaten Purbalingga,”lanjutnya.

Agus menambahkan, tantangan zaman sekarang ini semakin kompleks. Zaman dulu tantangan bangsa kita adalah para penjajah, zaman sekarang salah satu tantangannya adalah paham radikalisme.

“Ketika zaman dulu mempelajari sesuatu memang harus radikal, progresif, dan revolusioner, karena radikal berasal dari bahasa latin yaitu radix yang berarti akar, jadi mempelajari sesuatu harus menyeluruh sampai ke akarnya. Progresif, ketika kita mempelajari sesuatu harus selalu ada perkembangan dari hari ke hari. Dan revolusioner, kita harus menjadi seseorang yang inovatif,” tambah Agus.

“Tetapi zaman sekarang radikalisme cenderung bersifat intoleran, eksklusifisme, revolusioner yang anarkis dengan kekerasan. Ini merupakan PR kita. Para generasi muda bertemu guru hanya 8 jam sehari, sisanya berkumpul bersama keluarga dan berbaur dengan masyarakat. Maka ini tidak hanya menjadi PR pemerintah dan guru, tetapi kita semua masyarakat Indonesia. Karena jika di masyarakat berlaku tutur dan tata karma yang baik, insya Allah para generasi muda akan mengikuti,” imbuh Agus.

Ketua PGRI Kabupaten Purbalingga Sardjono mengatakan, PGRI pada tahun ini memasuki usia ke 74 tahun, karena PGRI berdiri pada tanggal 25 November 1945, 100 hari setelah kemerdekaan. Ada beberapa tujuan didirikannya organisasi PGRI, yaitu karena saat itu guru-guru di Indonesia ikut terpanggil untuk berpartisipasi memperjuangkan kemerdekaan, dan bagaiman kemerdekaan yang telah diperjuangkan tetap langgeng. Selain itu karena saat itu belum ada organisasi tunggal yang menyatukan seluruh guru di Indonesia. Dan juga dalam rangka mengemban misi dan tujuan Negara, salah satunya mencerdaskan bangsa dalam semangat guru-guru yang professional.

“Pada rangkaian HUT, PGRI melaksanakan 34 rangkaian kegiatan. Diantaranya pengukuhan 280 anggota baru di Kabupaten Purbalingga dari hasil seleksi CPNS 2019, Seminar Guru yang diikuti 605 peserta, Launching Buku Karya Guru yang berjumlah 399 judul buku, lomba pengucapan UUD 1945, Lomba Komandan Upacara, Lomba Menulis Artikel, Lomba Senam Fantasi, publikasi dan dialog di radio-radio, jalan sehat yang diikuti 10 ribu peserta terdiri dari siswa, guru, dan mahasiswa, kunjungan ke anggota-anggota PGRI yang sakit, ziarah, dan bazar di Kecamatan Kutasari yang saya harap nantinya bisa diikuti oleh kecamatan-kecamatan lain, dan kegiatan-kegiatan lainnya,” kata Sardjono.

Ia melanjutkan, pada resepsi malam hari ini juga akan dipentaskan wayang kulit oleh Ki Kusno yang juga merupakan Kepala SDN 1 Tetel, Kecamatan Pengadegan, Yunianto yang merupakan Kepala SDN 1 Bedagas, Kecamatan Pengadegan, dan penampilan dalang muda Awan Dika yang merupakan siswa SMPN 1 Pengadegan.

“Kita tidak mengundang dalang kondang, tetapi mengondangkan dalang local. Malam hari ini kita berikan panggung untuk mereka. Pementasan wayang kulit merupakan budaya yang diwariskan para leluhur kita, untuk itu sudah sepantasnya kita sebagai generasi penerus melestarikan dan nguri-nguri jangan sampai punah,” kata Sardjono.

Pada malam Resepsi Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-74 PGRI dan Hari Guru Nasional Tahun 2019 juga terdapat pemberian penghargaan kepada Eka Setya Budi Nugroho, guru wiyata bhakti SMPN 2 Purbalingga dan SMK YPLP 1 Purbalingga yang sebelumnya telah mendapatkan penghargaan dari pemerintah pusat sebagai Guru Inspiratif tingkat Nasional. (PI-9)