Danrem joget seni dayakanPURBALINGGA – Penampilan seni Dayakan dan khotekan lesung benar-benar memukau kunjungan Komandan Korem (Danrem) 071/Wijaya Kusuma Kolonel Dwi Wahyu Winarto, S.Ip beserta rombongan di Desa Wisata Panusupan, Kecamatan Rembang, Jum’at (2/10). Danrem bahkan bersama anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD) ikut terlarut dan berjoget bersama para penari Dayakan yang semuanya anak-anak.

            Gerakan tangan Danrem Dwi Wahyu ternyata lemah gemulai. Sejurus kemudian, Kapolres Purbalingga AKBP Anom Setyaji menyerahkan selendang batik yang dikenakannya kepada Danrem. Anom sengaja membawa batik yang dipakainya karena bertempatan dengan hari batik nasional.Seluruh polisi hari itu mengenakan kain batik sebegai selendang atau selempang.

            Tak hanya Danrem dan kapolres yang ikut berjoget bersama penari Dayakan, Ketua DPRD Purbalingga, Tongat juga ikut berbaur bersama. Gaya Tongat berbeda jogetnya, ia lebih mirip seraya diiringi musik  dangdut. Jempolnya digerakan-gerakan dan juga badannya.

            Seni Dayakan merupakan salah satu atraksi wisata di Desa Panusupan. Atraksi ini dimainkan oleh 8 – 10 anak. Jika dicermati sepintas, seni ini mirip topeng ireng yang disuguhkan di desa-desa lereng Gunung Merapi – Merbabu. Bedanya, Dayakan dibawakan oleh anak-anak dan asesoris yang dipakaipun cenderung alami. Wajah anak-anak yang menari dayakan, digambari menggunakan arang. Tampilan wajahnyapun seperti mirip orang alas (dari hutan). Tubuh penari diberi asesoris dengan dedaunan rumputan dan janur kuning. Rumput yang dipakaipun tidak sembarangan yakni rumput Kapulata. Sedang tetabuan berupa kentongan, gong, dan ember.

“Tarian rakyat Dayakan merupakan turun temurun dari nenek moyang, hanya saja sudah lama tidak ditampilkan. Disebut Dayak, karena konon masyarakat disini dulu berasal dari alas (hutan),” kata Yanto Mardi, ketua Kelompok Sadar Wisata ‘Ardi Mandala Giri’ Desa Panusupan. Dayakan.

Yanto mengatakan, rumput yang dipakai berupa rumput Kapulata. Pemakaian rumput ini mengandung makna kelak kehidupan orang-orang didesa bisa tertata. Semua kehidupannya teratur dan tertata dengan baik. Kemudian rumput Japakrias yang mengandung makna dengan digelarnya tarian ini maka semua sawan atau penyakit bisa hilang. Sedang janur berwarna kuning bermakna sejane ning nur (arah menggapai cahaya Ilahi), dan warna kuning bermakna sabda dadi, (yang dihasilkan dari hati/jiwa yang bening).

“Janur kuning disini member makna makna, arah menggapai cahaya Ilahi yang dihasilkan dari hati/jiwa yang bening. Janur kuning mengisyaratkan Cita-cita mulia lagi nan tinggi untuk mencapai cahaya (nur)-Nya dengan dibarengi hati yang jernih,”  jelasnya.

 Selain Dayakan, Danrem menikmati seni kotekan lesung. Danrem yang asli Desa Bakulan, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga, juga dengan lihainya memainkan alat penumbuk padi itu agar menghasilkan bunyi-bunyian. “Aku wong ndesa Bakulan, wis suwe ora nganggo lesung. Jaman mbiyen dienggo numbuk pari (Saya orang Desa Bakulan, sudah lama tidak menggunakan lesung. Jaman dulu dipakai untuk menumbuk padi,” ujar Danrem yang fasih dengan bahasa ngapak-ngapak Banyumasan.

Kunjungan Danrem ke Panusupan dalam rangka meresmikan jambanisasi hasil karya bakti TNI. Di desa itu TNI membantu 32 jamban untuk warga setempat. Sedang total sampai hari Jum’at (2/10) bantuan jamban di wilayah Korem 071/WK kepada masyarakat sebanyak 1.665 buah. Karya bakti TNI tersebut dalam rangka HUT TNI ke 70 dan sekaligus bulan bakti Karang Taruna.

“Jambanisasi sebagai bagian bentuk kepedulian TNI dengan rakyat. TNI lahir dari rakyat. Ibaratnya rakyat itu ibu kandung TNI, dan TNI harus peduli dengan ibu kandungnya yakni rakyat,” kata Danrem Dwi Wahyu.

Sementara itu Kepala Desa Panusupan Imam Yulianto mengatakan, desa wisata Panusupan menyuguhkan potensi wisata religi, seni budaya yang dipadu dengan keindahan alam. Selain makam Syeh Jambu Karang atau yang dikenal dengan makam Ardi Lawet, di Panusupan juga terdapat berbagai situs purbakala peninggalan para wali serta Syech yang masih utuh. “Keindahan alam yang ada di Panusupan selain hamparan ngarai yang indah dan sejuk dipandang juga terdapat air terjun wana tirta,” kata Imam Yulianto.

            Bagi wisatawan yang datang, akan dipandu oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Ardi Mandala Giri. “Wisatawan yang datang bisa menikmati suasana desa yang asri, sejuk dan jauh dari kebisingan kota,” ujar Imam Yulianto berpromosi. (y)