PURBALINGGA – Para petani di Purbalingga diharapkan mulai meneropong dan menangkap peluang pasar hasil produk pertanian organik. Hal itu disampaikan oleh Kepala Dinas Pertanian (Dinpertan) Purbalingga Mukodam SPt pada acara Pertemuan Petani Organik dan Pembagian Sertifikat PTSL 2019, Senin (18/11) di Balai Desa Penolih, Kaligondang.

Menurut Mukodam, pasar atau konsumen hasil pertanian organik saat ini menyasar kepada masyarakat dengan ekonomi kelas atas atau berkecukupan. “Kalau produk organik kita sudah banyak, tentu mereka yang punya kecukupan financial, harga tidak menjadi persoalan tapi yang penting bagi mereka apa yang dimakan sehat dan tidak ada efek samping kesehatan,” katanya.

Ia membandingkan produk pertanian biasa dengan produk yang sudah dinyatakan organik baik dari segi pupuk, pestisida ataupun airnya memiliki rentang harga yang cukup jauh dengan non organik. Ia berharap petani organik di Purbalingga atau Desa Penolih khususnya dapat menarik rekan petani lain untuk beralih ke sistem organik.

“Justru kita juga harus meminimalisir cara-cara pertanian non organik atau kimiawi. Seperti pestisida kimia, itu hanya akan semakin membuat kebal organisme pengganggu tanaman. Oleh karena itu bisa diganti dengan cara-cara yang biologis,” katanya.

Camat Kaligondang, Endro Irianto S.Sos melaporkan, sejak 2012 di Desa Penolih telah terbentuk Paguyuban Masyarakat Organik Purbalingga (Pamorbangga). Selain menghasilkan produk pertanian organik beras Wosbangga, mereka juga mengembangkan berbagai pupuk organik penunjang.

“Dari luas wilayah pertanian di Desa Penolih, 13,15 Hektare (Ha) diantaranya pertanian organik, 106 Ha non organik. dan sisanya lahan kering seluas 84 Ha. Berkaitan pertanian di Penolih juga tidak bermasalah, meskipun sempat mengalami musim kemarau, namun mendapat suplai air dari Bendung Krenceng, dan Bendung Slinga, sehingga tetap bisa panen,” katanya.

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM juga mendorong agar pertanian organik di Purbalingga bisa dikembangkan. Hal ini mengingat produk organik telah mendapatkan hati di masyarakat dengan alasan aman untuk kesehatan.

“Saya harap, Wosbangga bisa dipasarkan tidak hanya skup lokal tapi juga bisa go nasional maupun internasional. Hal ini mengingat permintaan akan produk pertanian organik tengah meningkat,” katanya.

Pemkab Purbalingga siap memfasilitasi apa yang menjadi aspirasi petani organik. Pada kesempatan ini, Kelompok Petani di Desa Penolih mendapatkan bantuan berupa benih jagung Bisi 18 sebanyak 150 Kg untuk 30 Ha lahan dan 1 unit hand traktor roda dua. Bupati Tiwi juga memastikan tahun 2020, akan membantu pembangunan irigasi sesuai dengan aspirasi masyarakat.

1388 Sertifikat PTSL Desa Penolih DIterbitkan

Kasi Pengadaan Tanah ATR/BPN Purbalingga, Muhammadiyah SH di Penolih bidang tanah sudah semua terukur, tercatat ada 3126 bidang, dari itu yang bisa diterbitkan sertifikat sebanyak 1388 bidang. Sisanya karena bermasalah atau tidak ikut memenuhi persyaratan.

“Hari ini kita serahkan 200 sertifikat. Sisanya akan kami serahkan menyusul. Tahun 2020 kami harap Ibu Bupati bisa memberikan dukungan kepada BPN karena kami akan melaksanakan PTSL Kecamatan Lengkap, di Kaligondang dan Mrebet sebanyak 33 desa dengan target 50.000 bidang tanah terukur,” katanya.

Bupati Tiwi berharap, sertifikat PTSL yang diserahkan kepada masyarakat bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Diantaranya sebagai alat bukti manakala terjadi sengketa/masalah, atau juga bisa digunakan untuk agunan pinjaman untuk keperluan produktif bukan konsumtif.(Gn/Humas)