PURBALINGGA – Penyelenggaraan upacara detik-detik proklamasi dan pengibaran bendera kebesaran dalam rangka HUT ke-73 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia di Alun-alun Purbalingga, Jumat (17/8) berlangsung khidmat. Plt Bupati Purbalingga Dyah Hyuning Pratiwi SE BECon yang juga selaku inspektur upacara kali ini menyampaikan sambutan dari Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo SH MIP.

Dalam sambutan itu, ia berpesan agar masyarakat senantiasa meneladani nilai-nilai kejuangan pahlawan dalam kehidupan nyata. Selain itu juga ia berpesan untuk mempraktikkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

“Wujudkan dengan sikap selalu berpikir positif, jujur dalam ucapan, teguh dalam pendirian, disiplin menjalankan tugas, punya unggah ungguh dalam pergaulan, toleran dalam bermasyarakat, tepo seliro dan selalu semangat untuk bergotong royong, serta bangga dan cinta atas karya anak bangsa sendiri,” katanya.

Upacara pengibaran bendera merupakan seremoni untuk mengenang jasa perjuangan para pahlawan, sekaligus bertujuan menggugah semangat kebangsaan, yaitu semangat seluruh rakyat untuk mencintai dan membangun bangsa dan tanah airnya, Indonesia. Setiap perayaan kemerdekaan Indonesia, membuat hati selalu bergetar dan bangga.

“Saya menangkap nuansa kegembiraan dan kesukacitaan rakyat dalam kegiatan lomba yang dihelat, even seni budaya yang digelar, maupun kreasi lingkungan yang makin apik dan semarak. Gotong royong tampak jelas ditunjukkan pada saat mereka mengecat gapura dan jalan, memasang bendera merah putih, lampu penjor, umbul-umbul dan lain-lain,” katanya.

Momentum 17 Agustus, Ia menjelaskan bukan sekedar resik-resik kampung, lomba balap karung, pawai keliling kota atau kegiatan lainnya. Lebih dari itu, kegiatan tersebut menunjukkan kepada kita, betapa bangga dan cintanya rakyat kepada ibu pertiwi. Kebersamaan dan persaudaraan, keikhlasan dan kebersahajaan, tampak jelas dari raut wajah mereka.

“Oleh karena itu sedih rasanya, dan sungguh tidak rela, kalau di antara anak-anak bangsa masih ada yang saling menebar rasa benci, fitnah dan saling menjelekkan, serta membuat dan menyebar hoaks, karena perbedaan,” ungkapnya.

Mendengar hal tersebut membuat batin ingin berteriak, dan dada terus bergolak. Mestinya, keragaman itu dapat diterima sebagai keniscayaan; perbedaan apapun bentuknya merupakan berkah alam. Justru dalam perbedaan selalu terjadi keindahan, karena taman yang indah selalu ditumbuhi beraneka ragam kembang.

“Percayalah, negara telah dan akah hadir guna menyelesaikan persoalan warganya. Negara terus berupaya menciptakan rasa aman dan nyaman. Negara terus memberikan pelayanan terbaik dan berusaha mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial,” katanya.

Maka sebagai warga negara, kita harus ikut merawat capaian dan kemajuan pembangunan dengan berbagai macam cara yang bisa kita lakukan. Kita harus berperan aktif untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah kebangsaan kita. Munculnya paham-paham anti-pancasila, tampilnya sikap-sikap anti-nkri, serta menggejalanya praktik-praktik terorisme. “Harus kita hadapi dengan tegas: lawan!,” imbuhnya.(Gn/Humas)