Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi menyambut hangat kunjungan Prof. Imam Prasojo beserta rombongan. Dalam kunjungan tersebut, Prof Imam Prasojo menyampaikan rumusan program peningkatan ekonomi masyarakat lewat budidaya kambing persilangan antara Saanen dan PE Jawa Randu. Hal itu diketahui saat kunjungan Imam Prasojo dalam rangka silaturahmi dengan Bupati Purbalingga di Pringgitan Pendopo Dipokusumo, Selasa (17 Mei 2022).

Dalam kesempatan itu, Bupati menyambut baik program tersebut yang bisa disinergikan dalam program Upland dari Kementerian Pertanian. Program tersebut menggelontorkan dana yang tidak sedikit untuk Purbalingga yaitu sebanyak 7 milyar rupiah untuk pengembangan peternakan kambing.

“Jadi kita dapat program upland dari kementerian pertanian, untuk yang pertama pengembangan kambing khas Kejobong, dan yang kedua pengembangan lada. Kita dapat kalau gak salah 10 milyar dari kementerian. Karna itu dalam rangka untuk bagaimana mengajak masyarakat membudidayakan kambing, ” kata Bupati.

Menurut Prov. Imam Prasojo, pemilihan kambing Saanen dan PE Jawa Randu sudah melalui studi ilmiah. Saanen adalah ras kambing penghasil susu yang terkenal dari Swiss, sedangkan kambing peranakan etawa jenis jawa randu ini merupaka turunan etawa yang baik dari Cilacap. Kambing persilangan ini di klaim mampu menghasilkan susu sampai 3 liter perharinya dengan nilai ekomis per liternya dari Rp 20.000,00 s/d Rp 50.000,00.

Lebih lanjut Prov Imam Prasojo mengatakan, program ini sebaiknya dilakukan di daerah bantaran sungai Serayu. Harapannya ini menjadi program percontohan untuk hulu Serayu yang menanam kentang agar berpindah komoditas menjadi peternakan kambing perah. Menurutnya, kentang adalah akar permasalahan sedimentasi pada Waduk Mrica. Jika Laju sedimentasi dibiarkan seperti sekarang maka umur PLTA Waduk Mrica tinggal 2,5 tahun lagi.

Tanaman kentang dianggap warga masyarakat sebagai komoditas menjanjikan yang bisa ditanam di daerah dingin. Tetapi sejatinya kentang adalah tanaman kering, yang biasanya tumbuh di daerah dingin yang jarang hujan/kering. Karena jika tanaman kentang terendam air, maka umbi kentang akan busuk. Wilayah hulu sungai Serayu adalah daerah yang curah hujannya cukup tinggi, maka tanaman kentang harus ditanam tanpa terasering agar air tidak merendam umbi kentang. Hal ini menyebabkan air mengalir membawa lumpur ke perairan sungai Serayu yang menuju Waduk Mrica.

Menurutnya solusi terbaik dari permasalahan ini adalah memperbaiki perekonomian rakyat dengan mengalihkan pertanian kentang dengan peternakan kambing perah yang nilai ekonomisnya lebih tinggi tetapi tetap bisa mencegah erosi tanah. Kenapa demikian? menurutnya dengan pengalihan peternakan ini akan mengakibatkan kebutuhan pakan ternak meningkat. Untuk kemudian bisa diarahkan menanam pakan kambing di bantaran sungai Serayu.

“Program ini meningkatkan kesadaran masyarakat mari bertenak, tetapi tanami itu bantaran sungai,” pungkasnya. (an/kominfo)