Bupati Purbalingga Drs Sukento Rido Marhaendrianto, MM meminta  agar Tim Pemantau Inflasi Daerah (TPID) berperan aktif dan optimal bekerja dalam mengendalikan inflasi di daerah. “Inflasi di Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 9,57 persen. Angka ini merupakan inflasi tertinggi dalam lima tahun terakhir,” kata Sukento.

            Sukento mengungkapkan hal tersebut pada rapat TPID di ruang rapat bupati, Kamis (13/2). Ikut hadir dalam rapat tersebut sejumlah pimpinan SKPD, perwakilan Bank Indonesia Purwokerto dan kantor Badan Pusat Statistik (BPS).

            Sukento mengungkapkan, tahun 2013 merupakan tahun kemunduran dibidang ekonomi. Sementara pada awal tahun 2014 ini, dighadapkan pada persoalan bencana anjir yang berpengaruh terhadap kerusakan infrasruktur, terlambatnya distribusi  logistic, menurunnya produktivitas pangan, omzet belanja masyarakat anjlog dan factor negative lainnya. “Dampak banjir di sejumlah kota membuat harga bahan pangan cenderung tinggi, dan ini sangat berpengatuh terhadap angka inflasi,” katanya.

            Sementara itu, Samosir, asisten Deputi Bank Indonesia Perwakilan Purwokerto mengungkapkan, inflasi nasional disokong 70 persen dari inflasi daerah, dan selebihnya 30 persen dipengaruhi kebijakan keuangan pemerintah. Tahun 2013, Samosir menyebut, inflasi di Cilacap mencapai 7,9 persen, sementara di Purwokerto mencapai 8,50 persen. Secara nasional, inflasi sebesar 8,56 persen. Provinsi dengan inflasi tertinggi di Sumatera Utara (10,87%), dan  Terendah Gorontalo (5,84%).

            “Untuk mengendalikan laju inflasi, peran TPID sangat penting. Peran itu antara lain dengan menjaga harga komoditas agar stabil, menjaga kelancaran suplai dan distribusi, menjaga ketersediaan pangan local, dan TPID memastikan inflasi yang rendah untuk menumbuhkan investasi,” kata Samosir.

            Samosir menjelaskan, dalam kurun waktu Januari – Desember 2013, terdapat beberapa komoditas yang sering mengalami fluktuasi sebagai kontributor angka infasi. Komoditas tersebut yakni daging ayam ras, cabe merah, cabe rawit, bawang merah, angkutan dalam kota, bensin, beras, jeruk, apel dan tempe. “Sedang peristiwa yang mempengaruhi inflasi antara lain serangan hama, kendala saprodi, gangguan cuaca dan pengaruh eksternal,” katanya

            Dalam kesempatan yang sama, Kepala BPS Purbalingga Suryokoco mengungkapkan, inflasi Purbalingga pada tahun 2013 mencapai 9,57 persen. Angka ini merupakan angka inflasi tertinggi dalam lima tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan angka inflasi nasional, inflasi Purbalingga melebihi angka nasional yang besarnya 8,38 persen. Begitu juga melebihi angka inflasi di Jateng yang hanya 7,99 persen. Sementara disbanding dengan Purwokerto, inflasi Purbalingga masih lebih tinggi dari Purwokerto yang hanya 8,5 persen.

            “Angka inflasi ini dihitung selama satu tahun. Pada tahun 2013 kenaikan harga bahan baker minyak sangat berdampak pada naiknya inflasi. Sementara pada periode September – Desember 2013, angka inflasi mengalami penurunan,” kata Suryokoco. (pt)