PURBALINGGA – Bunyi ledakan cukup kencang membuat kaget para guru di ruang Andrawina Convention Hall Owabong Cottage, Purbalingga, Kamis (13/5). Para guru yang tengah mengikuti workshop ‘Science Center sebagai Media Pembelajaran Sains di Sekolah’, sempat terkaget-kaget. Mereka ada yang berusaha berlari keluar dan beberapa diantaranya justru ada yang mencari sumber ledakan tersebut.

“Ini diluar praktek sains yang kita coba bersama lho,” ujar DR Hendra Suryanto, Direktur Operasional Pusat  Peragaan Iptek Kemenristek & Dikti yang memandu peragaan itu.

            Mendapat informasi itu, para guru pun sempat dibuat panik dan kaget. Para guru tidak sadar bahwa itu bagian dari peragaan iptek. Suryanto pun dengan santainya kemudian menyatakan, ledakan itu karena nitrogen yang dimasukan ke dalam sebuah botol bekas minuman. Setelah mendapat jawaban itu disertai penjelasan mengapa terjadi ledakan, para guru sains dari berbagai SMP di Purbalingga menjadi tenang.

            Sejumlah peragaan lain dengan menggunakan alat peraga seperti balon, lilin, air, kertas, gantungan baju, roket air dan alat peraga sederhana lainnya, membuat para guru tertarik mengikutinya. Mereka mengaku mendapat pemahaman yang jelas untuk dapat dijadikan sarana belajar bagi anak-anak di sekolah.

            Hendra Suryanto mengungkapkan, pembelajaran sains yang tidak membosankan dilakukan dengan pendekatan funs inspiring. Peragaan sains yang dirancang mampu membangkitkan rasa ingin tahu dan membuat pelajar merasa tertantang. Dengan pembelajaran yang funs juga membuat siswa merasa senang karena terlibat didalamnya. “Science center yang bersifat interkatif telah terbukti sangat popular dan merupakan cara yang sangat baik untuk mempromosikan iptek kepada masyarakat luas,” ujar Hendra.

            Dijelaskan Hendra, pembelajaran sains secara non formal dan funs mampu menumbuhkan perhatian yang hangat dan bergairah.Peserta mengalami kegairahan, menimbulkan minat, serta membangkitkan motivasi untuk mempelajari fenomena alam dan dunia fisikal.  Pembelajaran ini juga mampu memahami muatan ilmiah dan pengetahuan. Peserta dapat membangun, memahami, mengingat dan menggunakan konsep-konsep, keterangan-keterangan, argumentasi, model dan fakta yang berhubungan dengan sains.

            “Pembelajaran sain non formal juga mampu membuat siswa terlibat dalam kegiatan pemikiran ilmiah, merefleksikan sains, menggunakan alat-alat serta bahasa ilmiah dan memihak pada usaha kegiatan ilmiah,”ujar Hendra.

            Sementara itu Direktur PP Iptek Ari Hendratno Saleh mengungkapkan, science center diperlukan untuk membangun karakter bangsa, yaitu bagimana nilai-nilai iptek tertanam dalam masyarakat khususnya generasi muda agar mencintai iptek, kesadaran iptek yang tinggi, berkemampuan kuat, berperan aktif dalam pembelajaran dan pengembangan iptek. “Science center juga diharapkan mampu membangun seseorang bersikap dan berperilaku ilmiah, mencintai lingkungan, berpikir, berperilaku obyektif berbasis iptek dan menjadikan iptek sebagai salah satu kunci utma membangun bangsa,” ujar Ari Hendrarto.

            Sementara itu salah seorang peserta yang juga guru sains di SMPN 1 Purbalingga, Yohana Kristianti mengungkapkan, workshop yang digelar PP Iptek sangat bermanfaat bagi para guru sains untuk terus meningkatkan pembelajaran iptek dengan metode yang santa. Lewat cara pembelajaran yang bernuansa fun justru siswa akan mudah menyerap fenomena apa yang sedang dipelajarinya. “Kami berharap, PP Iptek terus menggelar kegiatan semacam ini sehingga para guru-guru sains akan sangat terbantu dalam pembelajaran sains di sekolah,” ujar Yohana. (y)peragaan beban keseimbangan1