PURBALINGGA – Festival Gunung Slamet (FGS) ke-8 resmi dibuka pada Jumat (4/7/2025) objek wisata D’Las Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga. Acara pembukaan dilakukan langsung oleh Wakil Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani. Dalam sambutannya, Wabup Dimas menyampaikan bahwa FGS akan berlangsung selama tiga hari, dari Jumat hingga Minggu (4-6 Juli 2025), dan diprediksi akan menarik ribuan wisatawan dari berbagai daerah, baik lokal maupun mancanegara.
Wakil Bupati Dimas Prasetyahani menegaskan komitmen Pemerintah Kabupaten Purbalingga dalam mendukung keberlanjutan Festival Gunung Slamet. “Insya Allah kami akan terus mendukung hingga FGS ke-9, ke-10, ke-11, dan seterusnya. Kita ingin Purbalingga, khususnya Serang, menjadi seterkenal Batu di Malang,’ katanya
Wabup Dimas juga menekankan pentingnya festival ini dalam upaya pelestarian budaya. “Festival ini bukan lagi milik warga Serang saja, tetapi sudah menjadi milik masyarakat Purbalingga dan bahkan Indonesia. Karena ini telah masuk ke dalam agenda Karisma Event Nusantara dari Kementerian Pariwisata,” tambahnya.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dinporapar) Purbalingga, R. Budi Setiawan, menuturkan bahwa FGS kali ini merupakan kali kedua masuk dalam jajaran daya tarik wisata nasional melalui Karisma Event Nusantara (KEN). Ia menyebut sejumlah kegiatan baru dan menarik pada FGS ke-8, seperti lomba Trail Run, prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah yang diikuti peserta dari 22 negara, serta pemecahan rekor MURI untuk penyajian 8.888 porsi Nasi 3G (Gundil, Gandul, dan Gereh).
“Para peserta pengambilan air Tuk Sikopyah bahkan mengenakan pakaian adat dari negara masing-masing. Ini menjadi daya tarik tersendiri yang menunjukkan keberagaman,” ujarnya.
Ia optimistis tahun ini jumlah kunjungan bisa mencapai 50.000 pengunjung, lebih tinggi dari tahun sebelumnya dengan jumlah kunjungan 46.000 wisatawan dan menghasilkan perputaran ekonomi Rp2,2 miliar.
Kepala Desa Serang, Sugito, mengungkapkan bahwa dampak FGS terhadap ekonomi lokal sangat signifikan. Menurutnya, para pelaku UMKM yang mengikuti FGS bisa mengalami lonjakan pendapatan hingga dua kali lipat. “Stand UMKM bisa meraup omset hingga Rp3,5 juta per hari selama festival. Padahal biasanya di akhir pekan hanya sekitar Rp1,5 juta,” ungkap Sugito.
Pembukaan FGS ke-8 juga dimeriahkan dengan penampilan gelar budaya dari sejumlah desa wisata di Purbalingga. Tarian-tarian khas dan pertunjukan tradisional disuguhkan sebagai wujud pelestarian budaya lokal yang dikemas secara menarik dan menghibur, seperti Tari Sikopyah dari Desa Wisata Serang, Tari Baladewa dari Desa Wisata Gunung Wuled, Tari Dayakan dari Panusupan, hingga Seni Gejog Lesung dari Desa Wisata Onje.
Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha wisata, FGS ke-8 kembali menegaskan posisinya sebagai salah satu event unggulan yang mampu mendorong pertumbuhan pariwisata dan ekonomi kreatif di Kabupaten Purbalingga. (dhs/Kominfo)