PURBALINGGA – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purbalingga selama bulan Ramadhan 1440 H menyelenggarakan pengajian setiap hari Jumat di Pendopo Dipokusumo. Pengajian ini diikuti oleh para Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Pemkab Purbalingga, Tim Penggerak PKK Kabupaten Purbalingga, Dharma Wanita Kabupaten Purbalingga dan Gabungan Organisasi Wanita Purbalingga.

Dalam sambutan Pengajian Jumat Pagi (10/5) perdana ini, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi SE BEcon MM menyampaikan, rutinitas ini guna meningkatkan iman dan taqwa serta ukhuwah persaudaraan islamiyah basyariah maupun wathoniyah.

 “Mudah-mudahan apa yang disampaikan bisa menambah ilmu agama kita, dapat menambah ibadah kita di bulan ramadhan. Harapannya apa yang dilakukan baik ibadah wajib maupun sunah mendapat ridho dari Allah Subhanahuwataala,” tuturnya.

Kegiatan tausiah, Jumat pertama Ramadhan kali ini diisi oleh Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Purbalingga, KH Roghib Abdurrahman. Dalam tausiah tersebut ia menyampaikan karakter, mental, akhlak dan budi pekerti merupakan pondasi utama dalam Islam. Oleh karena itu dibutuhkan Revolusi Mental.

Ia menuturkan untuk bentuk karakter bukan hal yang mudah, ada 7 faktor yang mempengaruhinya. “Pertama, bahan baku seorang anak, siapa bapaknya. Anak akan mengikuti sebagian apapun yang dimiliki bapaknya. Kedua,  dimana bibit itu ditanam, siapa ibunya. Sehingga saat menikah perlu melihat nasabnya. Tanah yang subur akan menumbuhkan tanaman yang bagus pula,” katanya.

Ketiga, karakter anak juga dipengaruhi faktor perilaku orang tua. Bahkan kenakalan anak seringkali sama persis seperti kenakalan yang pernah dialami orang tuanya ketika di usia yang sama. Akan berbeda ketika Allah ridho padanya lalu memberikan barokah pada anak cucunya maka keturunannya itu akan membawa kebahagiaan bagi mereka.

“Ketika kita lakukan hal positif yang diridoi, barokah ini tidak hanya tidak diberikan pada kita tapi sampai ke keturunan yang ke tujuh. Sebaliknya ketika Allah murka terhadap perilaku kita, maka laknat akan diterima, dijauhkan dari rahmat sampai 7 turunan,” katanya.

Keempat, faktor asupan makanan minuman yang diberikan yang menjadikan mereka tumbuh. Kalau tidak barokah apa lagi tidak halal maka tidak membawa kebaikan pada watak anak tersebut. Kelima, Penanaman nilai ilmu, watak lebih tertanam karena faktor melihat. Kebiasaan yang berlangsung berlanjut lama lama jadi watak dan relatif sulit dihilangkan. 

Keenam, faktor bagaimana anak ini mencari idola panutan dan teman bergaul. Maka ketika mencari teman carilah teman yang baik. “Kalau anak agak labil dapat teman tidak baik, maka akan menjadi kurang baik pula. Peran orang tua penting untuk memperhatikan siapa temannya dan siapa idola yang dia sukai,” katanya.

Ketujuh, kekuatan dalam menjaga diri, membentengi diri, meng analisa mana baik dan buruk. Tatkala ketika dia lepas dari pengawasan dia punya kekuatan. Ilmu dan amal kebaikan menjadi penunjang mendapatkan kekuatan tersebut.

“Iman yang fluktiatif akan semakin bertambah bobot iman kalau kita banyak menjalankan amal kebaikan, amal pun juga harus dengan ilmu. Sebaliknya, iman akan terus berkurang setiap melakukan maksiat,” katanya.(Gn/Humas)