PURBALINGGA INFO – Peran perempuan sangat penting dalam upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Perempuan memegang peran besar sebagai penopang ekonomi negara. Peran signifikan perempuan salah satunya terlihat pada sektor usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Namun, Pelaku UMKM perempuan masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya keterbatasan terhadap akses layanan keuangan dan permodalan. Untuk mengatasi permasalahan itu, Pemerintah Kabupaten Purbalingga mendorong pemberdayaan perempuan dalam sektor kewirausahaan melalui serangkaian kebijakan. Salah satunya dengan meningkatkan akses layanan keuangan formal kepada perempuan serta memberikan subsidi bunga.

Salah satu lembaga keuangan yang dipercaya untuk menyalurkan bantuan subsidi bunga adalah KSPPS BMT Syariah Wanita Islam (BMT SWI) yang berada dibawah naungan Organisasi Wanita Islam Purbalingga. BMT SWI mempunyai segmentasi yang lebih akomodatif terhadap pengusaha UMKM perempuan yang relative tidak “bankable”. Hal tersebut disampaikan oleh General Manager BMT SWI Tyas Susilo Haryono.

“Alhamdulillah di tahun 2021 kita mendapat subsidi imbal hasil dari Pemda Purbalingga itu kurang lebih senilai 15 juta. Nah itu kita share ke kurang lebih 13 orang yang nilainya beraneka macam dan sesuai ketentuan yang berlaku dari Pemda. Dan sebagian besar dari 13 orang itu kita salurkan ke pedagang wanita,” katanya.

Pada Akhir 2022 BMT SWI yang beralamat di Jl. Hartono Nomor 22 Purbalingga, juga dipercaya untuk mengelola dana bergulir dari Lembaga Pengelola Dana Bergulir (LPDB) sebesar 1,3 miliar yang telah disalurkan kepada 88 orang nasabah.

“Dari pemerintah pusat kita juga mendapatkan dari Lembaga Penyalur Dana Bergulir yaitu dana dengan imbal hasil murah. Kita salurkan juga sebagian ke pedagang wanita yang berada di pasar Hartono. karena pedagang pasar Hartono itu 80% wanita jadi kita salurkan di sana,” tambahnya.

BMT SWI juga mempunyai program kredit tanpa jaminan dengan nilai pinjaman Rp 500.000 sampai dengan Rp 2.000.000. Tyas mengatakan program ini sebagai upaya untuk memberdayakan perempuan agar tidak terjebak dengan rentenir.

“Kita juga ada kredit tanpa jaminan mulai lima ratus ribu sampai dua juta, kita berikan kepada pedagang pasar utamanya wanita dan proses satu hari cair. Itu cukup membantu karena pedagang pasar itu harus dikasih seperlunya jangan sampai lebih, kalau lebih jadi beban tapi kalau seperlunya jadi manfaat. Ini juga yang membedakan kita dengan bank, jadi apa yang bank tidak bisa kita harus bisa,” ucapnya.

Salah satu nasabah BMT SWI, Herliati, mengatakan keberadaan BMI SWI sangat membantu kelancaran usahanya. Wanita yang sehari-hari berjualan ayam potong di Pasar Hartono tersebut mendapatkan pinjaman dengan subsidi bunga dari BMT SWI.

“Alhamdulillah untuk tambahan modal kalau ada pesanan-pesanan, dan bunganya lumayan sekali, sedikit,” ungkapnya senang. (DHS/Kominfo)