PURBALINGGA, INFO – Bupati Purbalingga H Tasdi, SH, MM mengingatkan kepada para pejabat untuk terus melayani masyarakat. Pejabat bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani masyarakat. Pejabat juga harus sering turun ke masyarakat untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi warga masyarakat.

“Dalam memperingati hari jadi Purbalingga, ada aspek sosial yang mesti diambil maknanya. Aspek sosial ini mengajak kepada para pejabat untuk turun ke bawah mengidentifikasi masalah di tengah masyarakat. Mindset pejabat yang harus diubah ialah pejabat merupakan pelayan. Bukan orang yang dilayani. “Pejabat sekarang harus punya mindset melayani. Bukan dilayani. Mereka harus turun ke bawah mengidentifikasi masalah yang ada di masyarakat,” pinta Bupati Tasdi pada malam resepsi Hari Jadi ke-187 Kabupaten Purbalingga di Pendapa Dipokusumo, Senin (18/12) malam.

Malam resepsi yang juga dihadiri Wakil Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, SE, B.Econ, dan anggota Forum Koordinasi Pimpinan daerah (Forkomimda) berlangsung meriah.  Berbagai hiburan juga ditampilkan seperti paduan suara Gita Perwira, band Pemda, karawitan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud), tarian dari sanggar Sekar Jagat Desa Bumisari, Kecamatan Bojongsari, dan penampilan pencipta lagu sekaligus penyanyi legendaris Ebiet G Ade.

Dikatakan Bupati Tasdi, selain momentum aspek sosial, empat momentum lain yang perlu diresapi dalam memperingati Hari Jadi Purbalingga adalah aspek spiritual, sakral, kultural, dan aspek esensial.  Aspek spiritual, jelas Tasdi, mengandung maksud jika setiap kali memperingatinya dimaknai untuk bersyukur kepada sang pencipta agar Kabupaten Purbalingga semakin dirahmati. Bersyukur harus ditunjukan dengan cara peningkatan etos kerja khususnya bagi para abdi negara yang melayani masyarakat.

“Momentum hari jadi jadi harus dijadikan ajang bersyukur. Hal itu ditunjukan dengan cara peningkatan etos kerja bagi para Aparat Sipil Negara (ASN) agar pelayanan kepada masyarakat maksimal,” kata Tasdi.

Aspek yang kedua, masih kata Tasdi, adalah aspek sakral. Tradisi bupati terdahulu dalam memperingati hari jadi harus dilestarikan. Seperti Pahargyan Agung, ziarah dan kegiatan lainnya.  Kemudian aspek kultural, yakni budaya gotong royong yang dimiliki bangsa Indonesia harus dipertahankan khususnya di Purbalingga. Tasdi menegaskan, jati diri bangsa yang suka gotong royong serta menolong bisa menjadi elemen penting dalam pembangunan.

Aspek terakhir yakni esensial. Substansi peringatan hari jadi, bagaimana kita memiliki Purbalingga, melindungi Purbalingga serta mempertahankan Purbalingga. “Untuk Purbalingga, jangan kamu tanyakan apa yang telah Purbalingga berikan kepadamu, tetapi tanyakanlah apa yang telah kamu berikan untuk Purbalingga,” kata Tasdi.

Tasdi menambahkan, peringatan hari jadi jangan hanya bersifat seremonial belaka. Akan tetapi harus meresap ke dalam sanubari sesuai pesan para pendiri Purbalingga. “Apalah artinya seremonial tanpa diresapi. Peringatan hari jadi harus jadi motivasi baru untuk bekerja dan berkarya,” tambahnya. (PI-8/y)