PURBALINGGA_Bupati Purbalingga meresmikan beroperasinya Lumbung Pangan Masyarakat dan rumah Rice Miling Unit (RMU) Tri Budi Mukti desa Kedunglegok Kemangkon, Selasa (3/12). Peresmian lumbung pangan ditandai pemotongan pita dan penandatanganan prasasti oleh Bupati Dyah Hayuning Pratiwi.

Usai meresmikan Lumbung Pangan Masyarakat, Bupati Tiwi berkesempatan melihat proses penggilingan padi sekaligus melepas 120 burung pemakan ulat dan serangga pengganggu tanaman padi. Jenis burung yang dilepas ke alam bebas merupakan jenis burung trocokan, prenjak sawah, kutilang dan burung kapasan.

Bupati Tiwi berharap, apa yang sudah dilakukan oleh kelompok tani dan masyarakat Kedunglegok membawa manfaat bagi warga setempat. Termasuk lumbung pangan ini mampu menampung gabah milik petani untuk menjaga ketersediaan gabah ditingkat petani.

 “Pagi hari ini saya hadir ke Desa Kedunglegok, meresmikan lumbung pangan masyarakat dan ricemiling unit. Kebetulan Desa Kedunglegok mendapat bantuan dari pemerintah pusat sejumlah kurang lebih Rp 475 juta. Mudah-mudahan ini bisa bermanfaat khususnya dalam rangka  meningkatkan kesejahteraan petani dan sudah barang tentu memperkuat ketahanan pangan Purbalingga,” kata Bupati Tiwi.

Acara dilanjutkan dengan pelaksanaan roadshow UMKM tingkat Kecamatan Kemangkon yang diikuti oleh 20 stand dari 20 desa yang ada di wilayah Kecamatan Kemangkon. Tujuan roadshow UMKM adalah untuk melihat potensi dan geliat masyarakat di Kecamatan Kemangkon, baik geliat ekonomi maupun geliat pembangunan.

Dari beberapa kecamatan yang sudah menggelar roadshow UMKM, Bupati Tiwi mengakui kecamatan Kemangkon terbaik diantara kecamatan-kecamatan lain. Potensi Kecamatan Kemangkon luar biasa jenisnya, terlebih beberapa hasil produksinya sudah dijual ke luar daerah, bahkan luar negeri.

Kreatifitas warga Kemangkon ditunjukkan dengan adanya produksi yang beraneka ragam sepeti patung dari limbah kayu buatan warga Desa Kedungbenda, kerajinan batok dari Desa Toyareka, kerajinan tanah liat dari Desa Jetis, kerajinan daur ulang sampah untuk membuat tas, stopmap dan tempat tissue buatan Desa Muntang.

Saat meninjau stand Bupati Tiwi sempat memesan sepeda unik buatan Ariyanto warga desa Karangtengah. Sudah dua tahun Aryanto membuat kerangka (frame) sepeda custom sesuai pesanan.

Ariyanto mengaku, produksi kerangka sepeda unik custom ini berawal ketika musim ngabuburit (menunggu buka puasa), kemudian mencari-cari di “google” dan membuat sendiri sempat gagal sampai tiga kali. “Pertama kali lihat sepeda unik dari internet dan mencoba membuat sepeda siput dengan roda depan besar dan roda belakangnya kecil. Kayaknya asyik untuk digunakan ngabuburit meski gagal sampai tiga kali. Kerangka dan roda buat sendiri,” tutur Ariyanto.

Dijelaskan Ariyanto, merangkai satu sepeda membutuhkan waktu sekitar seminggu untuk jenis sepeda biasa atau model strano. Sedangkan jenis siput dengan roda depan besar ukuran 42 inci, membutuhkan waktu satu bulan karena seluruhnya dibuat sendiri (handmade).

Sampai dirinya sudah memproduksi lebih dari 30 sepeda dengan pangsa pasar ke Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Pemasaran yang dilakukan melalui sosmed dan media online. Ariyanto berharap mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa peralatan. Karena untuk membuat lekukan dibuat di luar bengkel produksinya, yakni alat bending (alat tekuk) dan las argon. (u_humpro)