Abdullah Zaen Sedang Menyampaikan Tausiyah di sebelah Bupati Sukento1

PURBALINGGA, Bupati Sukento Rido Marhaendrianto menegaskan pihaknya menolak pemberian parsel lebaran atau sejenisnya. Hal ini sebagai wujud keseriusannya dalam melakukan reformasi birokrasi dan memberantas korupsi, kolusi, nepotisme dan gartifikasi.

“Seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tetap menolak parsel atau sejenisnya,” tegasnya di depan peserta Pengajian Jumat Pagi yang diikuti para PNS di Lingkungan Pemkab Purbalingga, PKK dan GOW di Pendopo Dipokusumo, Jumat (4/7).

Bupati Sukento juga menegaskan dalam penyelenggaraan pemerintahan haruslah mengutamakan kejujuran. Karena kejujuran akan membawa masyarakat pada kemaslahatan. Bupati mengatakan hal ini terkait dengan tema “Jujur Ajur, Benarkah?” yang diangkat oleh pencermah pengajian, Ustadz Abdullah Zaen, Pengasuh Pondok Pesantren Tunas Ilmu Purbalingga.

Dalam tausiyahnya, Ustadz Abdullah Zaen mengatakan kebanyakan masyarakat kita masih menganggap kejujuran akan membawa pada kehancuran. Misal ada seseorang PNS yang jujur hingga pensiun bisa jadi tak memiliki rumah yang bagus, mobil keluaran terbaru atau kemewahan lainnya.

“Orang yang menganggap jujur itu ajur (jujur membawa kehancuran-red) karena terjerat hedonism, yaitu paham yang menilai segala sesuatu dari materi atau harta,” jelasnya.

Orang yang menganggap jujur akan mengakibatkan seseorang kesulitan mengais rizki, juga disebabkan orang tersebut tidak yakin Allah itu Maha Kaya. Abdullah mengaku sering menemui orang yang berkeluh-kesah, kalau dia tak main curang, maka dia tak akan dapat memenuhi kebutuhan hidup dia dan keluarganya.

“Berarti dia meremehkan Allah. Kalau dikumpulkan manusia dan jin yang pertama kali diciptakan hingga yang terakhir hidup sebelum saat kiamat nanti, semua disuruh meminta harta pada Allah, maka permintaan mereka yang amat sangat banyak itu ibarat jarum yang dicelupkan ke samudera, lalu diangkat lagi. Hanya setetes air. Sedang kekayaan Allah samudra yang tertinggal itu,” jelasnya.

Orang yang menganggap jujur ajur, juga karena dia tidak kreatif dan tidak ulet. Karena Abdullah menyaksikan sendiri banyak PNS yang kaya raya tapi bukan berasal dari ‘sripilan’, tapi karena dia mampu dan suskes mengelola usaha atau bisnis di luar pekerjaannya sebagai PNS.  

“Yang terakhir, penyebab ada orang yang menganggap jujur itu ajur, yak arena orang itu tidak enakkan. Maksudnya, missal, ada PNS yang mau jujur, tapi dia nggak enak sama seniornya, nggak enak sama rekan kerjanya mbok dikira sok. Nah itu, bahayanya,” tambahnya.

Pengajian Jumat Pagi ini menjadi salah satu amaliah di Bulan Romadhon 1435 H yang diselenggarakan Pemkab Purbalingga. Jumat depan, penceramah dijadwalkan Ustadz KH Abror Musodik, Ketua MUI Purbalingga sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror Bukateja. Pada pekan-pekan setelahnya telah terjadwal para penceramah dari berbagai organisasi massa Islam.

Bupati Sukento mengaku pihaknya juga tetap menyelenggarakan Pengajian Rutin setelah Ramadhan berlalu. Yaitu setiap Senin Bakda Ashar bertempat di Pendopo Dipokusumo yang dapat diikuti juga oleh masyarakat umum. Menurut Bupati, pengajian semacam ini sangat penting untuk dapat merealisasikan salah satu poin visi Purbalingga menuju masyarakat berakhlak mulia. (Estining Pamungkas)