poppy dharsono-batik

PURBALINGGA, HUMAS  – Senator Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Jawa Tengah Poppy Susanti Dharsono mengaggumi berbagai kerajinan dan handicraft produksi UMKM di Purbalingga. Sebelum melakukan dialog dengan para pelaku Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) di Rumah Makan Joglo Purbalingga, Senin (9/4) sore, Poppy Dharsono bahkan memborong sejumlah produk seperti sapu glagah dan batik khas Purbalingga.

 

Para pelaku UMKM sengaja memamerkan produknya kepada Poppy Dharsono yang juga Ketua Kompartemen Industri Kecil dan Pengrajin Kamar Dagang Indonesia (KADIN) pusat. Berbagai produk UMKM yang dipakai orang mulai dari bagian kaki hingga kepala ikut dipamerkan. Seperti sandal dan sepatu buatan UMKM Bukateja, kemudian sapu glagah, kemoceng, berbagai kerajinan bambu, berbagai kerajinan dari batang kelapa, sanggul, meja kursi dan nampan dari limbah kayu, knalpot, hingga batik.

Ketika mengamati produksi sepatu lokal, Poppy mengungkapkan, kelemahan produksi lokal biasanya terletak pada lengkungan sepatu bagian depan. Produk sepatu buatan luar negeri atau pabrikan terkemuka, tidak ada lengkungan dibagian depan. “Produk sepatu Purbalingga sudah sangat baik, perlu ditingkatkan kualitasnya agar sejajar dengan sepatu produksi luar negeri,” pesannya.

Perhatian Poppy tertuju pada sapu yang terbuat dari bahan rumput glagah. Ketika disebutkan jika harga sapu glagah pada kisaran Rp 6.000 per buah, Poppy sedikit heran. Iapun lantas memborong sapu itu untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh. Poppy meminta stafnya untuk menghitung untuk dibawa ke Semarang dan ke Jakarta. Setelah dihitung, Poppy kemudian memborong 30 buah sapu glagah.

“Saya beli sapu glagah 30 buah ya, untuk kenang-kenangan di Jakarta dan Semarang,” kata Poppy yang juga aktif dalam Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia dan juga Forum Kelapa Indonesia (FOKPI).

Poppy yang juga bergulat di Asosiasi Pengusaha dan Pemasok Garmen Indonesia (APPGAI) sangat menganggumi batik khas Purbalingga. Secara detail Poppy menanyakan motif batik asli Purbalingga ini, dan juga menanyakan berapa harga yang dijualnya. Poppy tentunya tak perlu menawar ketika perajin batik menyodorkan harga. Barangkali harga batik tersebut masih terbilang murah untuk ukuran Poppy sehingga memborong sedikitnya 8 motif batik. Poppy yang menyukai motif batik merah, sayang tak bisa mendapat jumlah banyak. Karena hanya satu jenis saja yang dipamerkan. “Yahh tidak apa-apa, saya beli ini ya, tolong nanti dihitung,” ujarnya.

Ketika melihat produk knalpot, Poppy berjanji akan membantu uji kualitas dan peneapan teknologi agar hasil chrome merata dan sambungannya tidak terlihat. “Nanti akan kami fasilitasi ke LIPI untuk diuji dan bagaimana caranya bisa bagus kualitasnya,” kata Poppy Dharsono.

Sementara itu dalam pertemuan dengan pelaku UMKM, Poppy Dharsono mendorong agar pelaku UMKM mampu menggunakan perkembangan teknologi internet untuk memasarkan produknya. “Jika tadi saya mendengar bahwa pelaku UMKM tidak memiliki akses pasar ke ekspor karena sudah dikuasai oleh eksportir, saya yakin bisa menggunakan teknologi pasar e market,” kata Poppy.

Dibagian lain, Poppy mengajak kelapa milik masyarakat untuk dimanfaatkan optimal. Dari produk kelapa sejatinya bisa dibuat sekitar 200 macam produk. Di Indonesia baru membuat 30 produk saja, sementara di Singapura sudah mencapai 150 jenis produk. Dari sabut kelapa saja bisa dimanfaatkan untuk spring bed, jok mobil Mercedes, kemudian santan kelapa untuk produk kosmetik dan juga untuk kesehatan. ”Saya yakin, jika UMKM yang memanfaatkan produksi kelapa bisa menjadi tambang emas tersendiri,” kata Poppy Dharsono.

Poppy juga menyinggung soal kuliner, kuliner di Purbalingga sudah khas seperti sate khas Purbalingga. ”Saya menyukai sate, tapi sate yang tidak berbau kambing. Kemarin saya coba, namun rasa bumbunya perlu ditingkatkan. Bumbu kecapnya masih lebih enak di Pemalang dan Tegal,” ujarnya. (Humas/y)