PURBALINGGA, HUMAS – Dalam menghadapi masalah pengelolaan keuangan keluarga, ibu rumah tangga (IRT) terkadang sangat komplikatif. Untuk itu, IRT dituntut menggunakan strategi khusus untuk mengelolanya dengan baik.

“Karena kalau berbicara masalah pengelolaan keuangan rumah tangga itu sangat  komplikatif. Terkadang ketika penghasilannya seratus ribu cukup, begitu juga ketika  penghasilannya satu juta juga cukup. Lha terus kok kita tidak bisa ada strategi-starteginya.Ketika pendapatan seratus ribu cukup,  atau satu juta cukup akan tetapi kok ada tidak lebihnya,”kata Ketua TP PKK Provinsi Jawa Tengah Ny Siti Atikoh Ganjar Pranowo saat memberikan sambutan pada acara Sosialisasi  Pengelolaan Keungan Keluarga Dan Pengenalan Investasi Kepada Kelompok Wanita yang diselenggarakan oleh Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto, di Pendapa Dipokusumo, Selasa (28/4).

Menurutnya, untuk menghindari itu semua, IRT diminta melakukan financial chek up. Karena chek up bukan hanya kesehatan saja, akan tetapi keuangan juga perlu.

“Ada beberapa strtegi untuk menghindari  itu semu, yaitu dengan  melakukan financial chek up. Jadi bukan hanya kesehatan saja yang memerlukan chek up, akan tetapi keuangan keluarga juga perlu,”terangya.

Sedangkan strategi selanjutnya adalah dengan melakukan identifikasi penegluaran keluarga. Hal tersebut untuk mengetahui dari mana sumber keuangan keluarga. Peran IRT juga jangan diabaikan.

“Identifikasi apa saja pengeluaran keluarga, dan terutama mengetahui dari mana saja sumber pemasukan  keuangan keluarga. Misalnya  keuangan itu dari bapaknya yaitu gaji atau dari ibunya apa. Kita juga jangan sampai mengabaikan peran dari ibu rumah tangga. Seorang IRT juga  bisa mengelola pekarangan dengan baik. Misalnya  menanam berbagai sayuran serta bumbu dipekarangan rumahnya. Itu juga merupakan sumbangsih dari ibu-ibu untuk menurunkan pengeluaran rumah tangga dan dapat diangkatsebagai sumber pengasilan,”katanya.

Atikoh menambahkan, bahwa IRT perlu menyusun tujuan keuangan, karena banyak keluarga menghadapi permasalahn keungan, bukan karena pengasilanya kurang, akan tetapi malah hutangnya malah menumpuk.

“Hal tersebut hanya  karena miss manajemen. Karena ternyata penyebab utamanya dalam mengelola keuangan rumah tangga tidak merencanakan kemana uang itu akan dikeluarkan atau dibelanjakan. seorang istri merupakan menteri keuangan dalam rumah tangga. Hal tersebut menuntut IRT mengelola keuangan rumah tangga dengan baik. Dan kita harus bangga, karena dalam rumah tangga, kita yang menjadi menteri keuangannnya . Untuk itu, kita harus mengelola keuangan rumah tangga dengan baik, karena itu merupakan amanah,”tuturnya.

Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Purwokerto Farid Falatehan, mengatakan, bahwa OJK merupakan sebuah lembaga independen yang baru dibentuk melalui UU pada tahun 2011. Kemudian keberadaaanya atau beroperasinya tahun 2013.

“ OJK juga merupakan gabungan fungsi dari sebagian fungsi Bank Indonesia (BI) dan Kementrian Keuangan (Kemenkeu). Dan tugasnya adalah melakukan pengaturan pengawsaan, pemeriksaan terhadap lembaga keuangan. Sedangkan lembaga keuangan yang diawasi adalah perbankan, pasar modal dan lembaga keuangan non bank, seperti asuransi, pegadaian, leasing, dana pensiun dan lain sebagainya,”terangnya.

Farid menambahkan, bahwa sebelum tahun 2014, baru perbankakan yang bergabung ke OJK. Sebelumnya pengawasan bank umum dan bak-bank lainya diawasi oleh BI, mulai tahun 2014 pengawasan dan pemeriksaan bank-bank itu dialilhkan dari BI ke OJK.

“Dan yang diluar perbankkan  atau Bapepam (badan pengawasas investasi untuk saham) juga gabung ke OJK. Dan satu lagi industri non bank yang ada seperti asuransi, leasing, pegadaian dahulu juga pengawasanya dibawah Kemenkeu namanya DJPLK (direktorat jenderal lembaga keuangan). Akhirnya sekarang khususnya untuk perbankan, pasar modal, lembaga keuangan non bank semua bergabung menjadi satu, yaitu OJK,”tuturnya.

Selain melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap lembaga keuangan, sambung Farid, dalam Undang –Undang, OJK juga melakukan tugas tambahan, yaitu melakukan edukasi perlindungan nasabah.

“Jadi edukasinya ini adalah salah satunya dengan kegiatan sosialisasi keuangan keluarga. Karena OJK punya target untuk memberantas buta keuangan. Sehingga masyarakat akan tahu tentang lembaga keuangan itu apa. Selain para ibu-ibu, target sosialisasi kami juga targetkan untuk mahasiswa dan siswa SLTA/SMK. Dan profesi tertentu juga menjadi sasaran kami, karena masih banyak masyarakat yang belum mengenal atau mengetahui apa itu OJK,”ujarnya. (Sukiman)