PURBALINGGA, INFO – Industri kecil knalpot merupakan salah satu industri kecil unggulan di Kabupaten Purbalingga selain industri kecil gula kelapa dan sapu. Knalpot Purbalingga sudah terkenal di Indonesia dengan pemasaran ke seluruh Indonesia dan secara online dipasarkan ke luar negeri.

Saat ini jumlah IKM Knalpot yang terdata sebanyak 146 unit dengan tenaga kerja kurang lebih 1000 orang. Industri knalpot di Kabupaten Purbalingga diawali pada tahun 1970 an dengan industri logam dari bahan seng dan drum untuk pembuatan peralatan rumah tangga yang berlokasi di Dusun Sayangan, Kelurahan Purbalingga Lor.

Kemudian pada tahun 1980-an, Mbah Sultoni mengawali memproduksi knalpot sepeda motor dan mobil. Pada tahun 1990-an mulai menyebar ke kelurahan atau desa sekitarnya di Kabupaten Purbalingga.

Knalpot Purbalingga sebagian besar dibuat secara handmade, namun saat ini peralatan produksi seperti mesin pound, banding, cutting dan lainnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas knalpot. Pengembangan industri knalpot di Purbalingga kemudian difokuskan pada peningkatan kualitas produksi knalpot handmade untuk konsumen after market atau end user.

“Dan peningkatan manajemen produksi sehingga terdapat link and match IKM knalpot dengan industri otomotif atau Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM),” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten PUrbalingga, Sidik Purwanto, Kamis (28/11).

Beberapa waktu yang lalu dari ATPM Toyota dan Honda melalui Yayasan Dana Bakti Astra atau YDBA telah berkunjung ke Purbalingga dan menjajaki kerjasama dengan industri kecil knalpot. Hal ini merupakan peluang besar bagi industri knalpot Purbalingga untuk meningkatkan pemasaran ke ATPM di samping pasar end user yang selama ini menjadi andalan pemasaran industri knalpot Purbalingga.

“Diharapkan dalam tahun depan sudah terdapat IKM Knalpot Purbalingga yang bekerja sama dengan ATPM,” ujar Sidik.

Ia menjelaskan melalui kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kementerian Perindustrian sejak Tahun 2017 sedang dibangun Lingkungan Industri Kecil (LIK). Berupa UPT Pengembangan Industri Logam (Pilog) dengan anggaran mencapai Rp 40 M.

“Saat ini telah terbangun kantor UPT beserta aula, ruang rapat, show room dan workshop UPT, sedangkan bagi IKM terlah dibangun 18 unit workshop atau ruang kerja yang disewakan ke IKM,” jelasnya.

Pada tahun 2019 ini sedang dibangun 21 workshop IKM beserta sarana penunjang berupa mushola dan foodcourt serta pengadaan mesin dan peralatan produksi untuk pelayanan UPT. Pembangunan diharapkan selesai pada akhir Desember 2019 dan kedepannya UPT Pilog disamping sebagai pusat produksi logam, terutama knalpot juga dapat menjadi obyek wisata edukatif dan tempat bagi komunitas otomatif. (PI-7)