Tanaman lada kembali menjadi primadona yang sangat menguntungkan bagi petani di wilayah Kecamatan Kejobong Purbalingga. Hampir semua desa di Kecamatan Kejobong terdapat tanaman lada.

Pj Kepala desa Langgar Kejobong Purbalingga Sudiro mengatakan, kebanyakan warga desanya bertani lada. Biasanya petani menjual lada putih atau lada yang sudah jadi. Sehingga membutuhkan perlakukan khusus paska panen. Sebelumnya mereka menjual lada hitam dalam arti habis petik langsung dijemur dan dijual. Namun karena secara ekonomi kurang menguntungkan, saat ini petani lada lebih suka menjual lada putih, dengan perlakuan direndam 10-15 hari paska panen, kemudian dikupas atau dihilangkan kulitnya baru dijemur sampai kering dan dijual. . Saat ini harga lada mencapai Rp. 140 – 150 ribu/kg.

Salah satu petani lada di RT  2 RW 1 desa Langgar Kecamatan Kejobong Sujono Pamungkas (65) menuturkan, petani lada sempat mengalami kerugian puluhan juta ketika sebagian besar tanaman lada di Kejobong mengalami mati massal pada tahun 1990an. Matinya pohon lada ini akibat daun berwarna hitam dan juga mengalami busuk batang.

Diakui Sujono, saat ini petani lada sedang mengalami masa emas, karena harga lada sudah membaik. Dengan prosesi panen yang tepat akan mendapatkan hasil yang maksimal, yakni dipanen ketika buah lada masih berwarna kuning atau sebelum buahnya memerah.

Tanaman lada mampu dipanen satu kali dalam satu tahun. Biasanya musim panen lada akan terjadi pada bulan Juli-Agustus. Kini petani tidak perlu membawa lada hasil panen untuk dijual, karena pembeli dari berbagai daerah dating ke Kejobong untuk mencari lada