PURBALINGGA – Prosesi makan nasi penggel dan takir akan mewarnai kegiatan ‘Syadran Bareng’ di Desa wisata Onje, Kecamatan Mrebet, Kamis (19/5) malam. Nasi Penggel adalah nasi yang dibentuk bulat seperti bola pingpong. Nasi itu diwadahi dalam takir dari daun pisang. Prosesi ini sekaligus untuk mengenalkan desa wisata Onje kepada masyarakat luas.

            Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ‘Bangun Pesona’ Desa Wisata Onje, Uji Utomo mengatakan, kegiatan Syadran bareng akan dipusatkan di dua tempat, di pendopo Puspa Jaga, dan di mesjid Sayyid Kuning.

“Kegiatan ini sebagai puncak kegiatan tradisi nyadra, yakni tradisi pembersihan makam. Kegiatan kami kemas sekaligus untuk mengenalkan Desa Onje sebagai desa wisata berbasis religi, budaya dan alam,” kata Uji Utomo, Rabu (18/5).

            Dijelaskan Uji Utomo, rangkaian kegiatan akan dimulai dengan Kidungan Penggel, kemudian penyerahan Penggel untuk diarak dari pendopo desa Puspa Jaga ke mesjid Sayyid Kuning. Selama pelepasan Penggel dan arak-arakan akan diiringi tabuhan gamelan. Juga dilakukan prosesi mandi di Jojok Telu atau Kedung pertelu yang diikuti aparatur pemerintah desa, tamu undangan dan warga setempat. “Prosesi ditutup dengan doa bersama dan makan nasi Penggel dan takir di Mesjid Sayyid Kuning,” kata Uji Utomo, sembari menambahkan, kegiatan akan dihadiri dari Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Camat Mrebet dan sejumlah undangan.

            Secara terpisah, Kepala Dinbudparpora Purbalingga Drs Subeno, SE, M.Si menyambut baik kegiatan rituan Syadran yang digelar oleh Pokdarwis Bangun Pesona. Ritual itu bisa menjadi daya tarik wisata, setelah dikemas dengan baik dan persiapan yang matang.

            “Untuk Desa Onje, dengan melihat potensi yang ada, kami mengarahkan untuk menjadi desa wisata berbasis religi, budaya, dan sekaligus alam. Di desa ini, juga sudah dikembangkan rafting, tubing dan kayak sebagai daya tarik wisata alam. Sedang wisata religi dan budaya, bisa mengemas ziarah ke makam, mandi di Kedung Pertelu, dan mengunjungi mesjid Sayyid Kuning yang dikenal warga setempat sebagai tempat sholat penganut Aboge,” kata Subeno. (y)