IMG03007-20140227-1107

Untuk memberdayakan anak putus sekolah agar memiliki konpetensi di dunia kerja, Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertran) mengadakan pelatihan menjahit.
Sebanyak 35 anak putus sekolah, dilatih menjahit selama 15 hari.
Kasi Asistensi Sosial Dinsosnakertran Purbalingga Rini Widayati menjelaskan, sebanyak 35 anak putus sekolah tersebut direkrut melalui Tenaga Kerja Sukarela Kecamatan (TKSK).

Mereka merupakan anak putus sekolah setingkat SMP dan SMA. Berasal dari wilayah Kecamatan Bojongsari, Padamara, Bukateja, Purbalingga dan Kejobong.

Diungkapkan Rini, selama ini anak putus sekolah sangat sulit mencari pekerjaan. Secara resmi mereka tidak memiliki ijazah sah untuk bersaing di dunia kerja. Untuk itu, Dinsosnakertran berupaya memberdayakan anak putus sekolah dengan pembekalan ketrampilan hidup (skill of live) berupa ketrampilan menjahit.

Sedangkan pelatihan menjahit ini, Dinsosnakertran menggandeng salah satu lembaga khursus (LPK).
Selama 15 hari, anak putus sekolah dibekali dengan keimanan yang diisi oleh tokoh agama, dan pelatihan menjahit.

Salah satu pelatih jahit Tri Nur Khasanah mengatakan, para anak putus sekolah ini dibekali ketrampilan menjahit baju jenis hem dan celana panjang. Kedua model pakaian tersebut wajib dikuasai untuk modal sebagai penjahit rumahan.

 Disamping itu, mereka juga dilatih menjahit model garmen, karena dimungkinkan mereka juga akan bekerja di garmen. Pelatihan menjahit garmen yang diberikan berupa menjahit bermacam pola. Seperti pola lurus, zig-zag, gelombang, lingkaran, kotak dan kombinasi lingkaran dan kotak.(Umg).