PURBALINGGA, INFO- Permintaan ekspor 200 ton gula semut ke luar negeri belum terpenuhi. Hal tersebut dibacakan Priyo Jatmiko, salah satu pejabat di Disperindag (Dinas Perindustrian dan Perdagangan) Provinsi Jawa Tengah saat mewakili Kepala Disperindag Jawa Tengah pada acara bimbingan teknis bagi pelaku usaha gula semut di eks-karesidenan banyumas, Senin (16/7) di owabong cottage Bojongsari Purbalingga.

Dia mengatakan, tingginya permintaan pasar luar negeri dikarenakan komunitas luar negeri sudah sangat paham akan manfaat kesehatan dari gula semut. Pengolahan gula semut yang tanpa bahan kimia menjadi komoditas yang sangat diminati khususnya di Hongkong, Kanada, Timur Tengah dan Jerman. Tingginya permintaan ekspor gula semut harus dibarengi dengan standariasi dari dinas terkait sehingga produk yang dihasilkan tidak mengecewakan.

“SDM (Sumber Daya Manusia) pelaku usaha gula semut harus ditingkatkan. Karena ada beberapa aspek yang harus dipenuhi sehingga hasil yang ditawarkan mampu bersaing,” katanya.

Dia menambahkan, pelatihan itu ditekankan pada bagaimana mereka mengolah industry gula semut secara higienis, sanitasi dan alat yang terstandarisasi.  Dia berharap untuk tiga hari ke depan ke-30 peserta bisa mengikuti bimtek dengan serius sehingga manfaat bisa didapat secara maksimal dan profit dari usaha gula semut bisa terdongkrak.

“Saya harap peserta bisa mengikuti pelatihan dengan serius karena manfaatnya akan sangat besar bagi kemaslahatan bersama,” tambahnya.

Sementara itu, Kadinperindag Kabupaten Purbalingga, Sidik Purwanto menuturkan, pihaknya secara berkala melakukan komunikasi dengan Disperindag Provinsi dan buyer mengenai gula semut agar nantinya bisa bertahan di pasar Internasional. Dalam waktu dekat dia juga telah berkomunikasi dengan Gubernur Jawa Tengah dan para kepala daerah di eks-karesidenan Banyumas untuk duduk bersama membuat film pendek yang di dalamnya terdapat konten tentang konsumsi gula semut.

“Nanti dalam waktu dekat usahakan agar para kepala daerah mau untuk mempromosikan gula semut, Mudah-mudahan dengan intervensi dari para kepala daerah pamor gula semut akan semakin terangkat,” tutur Sidik.

Lebih lanjut Sidik memaparkan, pihaknya telah melakukan sertifikasi kepada para pengolah gula dan menganggarkan Rp 600 juta bagi penderes di 7 kecamatan penghasil gula kelapa. Dia juga akan berusaha agar gula semut mendapat brand yang mampu bersaing serta melakukan penetrasi pasar dan memfasilitasi modal bagi pelaku usaha gula semut. Tak lupa dia berterima kasih kepada para pelaku usaha mulai dari penderes hingga buyer yang telah berkontribusi menyumbang Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Purbalingga sebesar 8%.

“Gula semut atau pun gula kelapa di Purbalingga sudah tidak bisa dipandang sebelah mata. Dari usaha tersebut sudah bisa berkontribusi menyumbang angka IPM Purbalingga sebesar 8%,” pungkasnya. (KP-4)