PURBALINGGA INFO – Berangkat dari keprihatinan banyak tanaman lada yang mati disebabkan penyakit dan pembusukan akar saat musim hujan lima tahun lalu di Desa Langgar, maka berkembanglah inovasi budidaya lada dengan sistem sambung tanaman Lada dengan Melada di tahun 2018. Hal tersebut disampaikan oleh Jalal Wahrudin, seorang petani lada sambung pimpinan Pos Pelayanan Teknologi (Posyantek) Berkah Lada Desa Langgar, Kabupaten Purbalingga saat pemaparan peserta lomba Teknologi Tepat Guna (TTG) tingkat nasional, Rabu (21/9/2022) di Gedung Operation Room Graha Adhi Guna kantor setda Purbalingga.

Lomba tersebut merupakan ajang yang digelar secara daring (online) oleh Kementerian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT). Sebelumnya Jalal berhasil menjuarai lomba TTG tingkat provinsi, sehingga berhasil maju mewakili Jawa Tengah untuk berkompetisi di tingkat nasional.

Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Dan Pemerintah Desa (Dinpermasdes) Purbalingga, Pandi dan Sub Koordinator produksi perkebunan dan Hortikultura Dinas Pertanian Purbalingga, Noor Laeli Yuniastuti turut hadir mendampingi jalal ketika saat sesi pemaparan lomba.

“Perbedaan dari lada yang disambung dan yang tidak disambung terletak pada ketahanan akarnya. Lada sambung bisa bertahan hidup dengan kondisi lahan yang basah dan pengakarannya lebih kuat,” ujar Jalal.

Perlu diketahui, lanjut Jalal, bahwa tanaman Melada merupakan tanaman asli yang hidup di daerah rawa hutan amazon sehingga bisa tahan terhadap berbagai serangan penyakit yang disebabkan oleh busuk akar dan jamur fusarium,” ujar Jalal.

Ia menambahkan, untuk kelayakan proses produksi lada sambung ini relatif mudah dan sederhana. Hingga saat ini, produksi terus berkembang dan terdapat sejumlah 20 petani binaan Posyantek Berkah Lada Desa Langgar.

Jalal berharap kedepannya ada dukungan dari Pemerintah daerah terkait legalitas lada sambung serta sertifikasi dari laboratorium secara resmi bagi petani lada. Di akhir pemaparannya, ia mendapatkan apresiasi dan kesan positif dari para juri.

“Yang menjadi pembeda antara lada sambung yang kami kembangkan dengan metode lada sambung yang sudah ada sebelumnya, yakni selain pertumbuhan yang lebih cepat, kuantitas hasil produksi bisa lebih banyak. Sebab jenis tanaman lada yang disambungkan merupakan jenis kualitas lada terbaik khas dari desa Langgar,” pungkasnya. (GIN/Kominfo)