PURBALINGGA- Bertindak selaku pembina upacara peringatan hari santri nasional ke 4 tahun 2018 tingkat Kabupaten Purbalingga yang dipusatkan di alun-alun Purbalingga, Plt Bupati Dyah Hayuning Pratiwi, SE.B.Econ. MM. meminta kepada santri untuk menggunakan teknologi sebagai media dakwah dan sarana menyebarkan kebaikan dan kemaslahatan serta mereduksi penggunaannya yang tidak sejalan dengan upaya untuk menjaga agama, jiwa, nalar, harta, keluarga dan martabat seseorang.

“Saya berharap para santri di Purbalingga membekali dirinya dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi agar setelah selesai menimba ilmu di pondok pesantren dapat terjun berkiprah dalam segala bentuk pengabdian baik sebagai aparatur negara, pengusaha, politisi maupun bidang lainnya,” kata Plt. Bupati Tiwi dalam sambutannya, Senin (22/10).

Plt. Bupati Tiwi juga menyampaikan pesan, bahwa saat ini, para santri dihadapkan pada kenyataan hidup di tengah dunia digital (internet) yang tidak bisa dihindari. Internet adalah bingkisan kecil dari kemajuan nalar yang menghubungkan manusia sejagat dalam dunia maya. Internet mempunyai aspek manfaat dan mudharat yang sama-sama besar.

“Saya minta para santri menggunakan internet untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan dan dakwah islam, janganlah sekalipun menggunakannya untuk merusak harga diri dan martabat seseorang dengan fitnah dan berita hoaks,” katanya.

Dalam kesempatan tersebut, Plt. Bupati Tiwi mengucapkan selamat hari santri kepada para santriwan dan santriwati diseluruh wilayah Kab. Purbalingga. Menurutnya, hari santri yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22 tahun 2015 tanggal 15 oktober 2015 tentang hari santri, merupakan bukti pengakuan negara atas jasa para ulama dan santri dalam perjuangan merebut, mengawal, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan.

“Hari ini adalah tahun keempat seluruh rakyat Indonesia memperingati hari santri, mudah-mudahan dengan peringatan hari santri tahun 2018 ini, peran santri dalam berkontribusi membangun bangsa dan negara serta masyarakat lebih meningkat lagi,” katanya.

Plt. Bupati Tiwi melanjutkan, kiprah para santri sudah teruji dalam mengokohkan pilar-pilar NKRI berdasarkan Pancasila yang bersendikan Bhinneka Tunggal Ika. Santri berdiri di garda depan membentengi NKRI dari berbagai ancaman. Diawali jauh sebelum Indonesia merdeka, kaum santri telah menyatakan Nusantara sebagai darus salam, setuju menghapuskan tujuh kata dalam piagam jakarta demi persatuan dan kesatuan bangsa, memberi gelar Presiden Indonesia, Ir. Soekarno, sebagai waliyyul amri ad-dlaruri bis syaukah, pemimpin sah yang harus ditaati dan menyebut para pemberontak sebagai bukhat yang harus diperangi dan kaum santrilah yang berdiri di garda depan dalam menghadapi rongrongan ideologi komunisme.

“Kaum santri lah yang mempelopori penerimaan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa bernegara dan menyatakan bahwa NKRI sudah final sebagai konsensus nasional (mu’ahadah wathaniyyah). Selepas reformasi, kaum santri menjadi bandul kekuataan moderat sehingga perubahan konstitusi tidak melenceng dari khittah 1945 bahwa NKRI adalah negara bangsa bukan negara agama, bukan negara suku yang mengakui seluruh warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, ras, agama, dan golongan,” kata Plt. Bupati Tiwi. (t/ humas)