DSC 0173PURBALINGGA  – Perkembangan industry knalpot di kabupaten Purbalingga terus bergeliat. Industri rumahan knalpot Purbalingga yang sudah terkenal sejak 1970, pada tahun lalu mampu menghasilkan produksi knalpot sebanyak 595.371 unit dengan nilai produksi mencapai Rp 81.4 miliar. Sedangkan nilai investasinya mencapai Rp 3,5 miliar.

“Tahun 2015 ini, hingga Mei lalu produksinya sudah tercatat 313.380 unit dengan nilai produksi lebih dari Rp 43,8 miliar,” ujar Kepala Bidang Perindustrian pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Dinperindagkop) Purbalingga Agus Purhadi Satyo, disela-sela kunjungan observasi lapangan peserta Diklatpim IV angkatan 8 Balai Diklat Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (16/9).

Kunjungan peserta observasi lapangan di Purbalingga diterima oleh Plt Sekda Purbalingga Kodadiyanto dan Ymt Kepala BKD  Gunarto, di Operation Room Graha Adiguna komplek Pendapa Dipokusumo. Peserta Diklatpim tingkat IV angkatan 8 memilih Purbalingga sebagai lokus benchmarking karena pemkab dinilai mampu mengangkat industry khususnya knalpot ke kancah nasional.

Agus Purhadi melanjutkan, hingga 2015 ini jumlah industry kecil menengah (IKM) dan tenaga kerja yang terserap juga terus mengalami peningkatan. Tren peningkatan itu sudah terjadi sejak 2010, dimana pada saat itu jumlah IKM baru 112 unit usaha dengan produksi 304 ribu pcs/tahun. Pada tahun yang sama jumlah tenaga kerja baru tercatat 483 orang.

“Tahun ini jumlah IKM knalpot sudah mencapai 173 unit usaha dengan tenaga kerja yang diserap sebanyak 837 orang. Data per Mei 2015, nilai investasi sector ini mencapai lebih dari Rp 3,58 miliar,” jelasnya.

Agus kembali berkata, knalpot Purbalingga sudah menjadi ikon dan sudah merambah setiap kabupaten di wilayah Indonesia. Meski hanya berteknologi handmade namun produk knalpot Purbalingga berkualitas baik karena didukung penerapan teknologi tepat guna.

“Produk kita bahkan sudah digunakan untuk knalpot panser ANOA buatan Pindad yang diekspor ke berbagai negara. Termasuk untuk variasi ATPM knalpot APV dan Terrios,” katanya.

Salah seorang pelaku usaha knalpot  dari Patemon, Bojongsari, Agus Adi Atmaja mengaku pasar knalpot Purbalingga masih terbuka luas. Karena produk tersebut akan selalu beriringan dengan perkembangan industry mobil dan motor di Indonesia.

“Apalagi, kebutuhan akan knalpot saat ini sudah menjadi gaya hidup. Kalau jaman dulu mengganti knalpot kalau ada kerusakan, tapi kini belum dapat mobilnya saja sudah memesan variasi knalpot tren terbaru,” ungkap pria yang akan dikirim ke Jepang mengikuti study banding bersama kementerian perindustrian. (Hardiyanto)